Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Malut » Ocean Eye akan Diuji Coba di Morotai

Ocean Eye akan Diuji Coba di Morotai

  • account_circle
  • calendar_month Ming, 11 Okt 2020
  • visibility 193

Ocean Eye merupakan aplikasi teknologi keuangan (fintech) inovatif yang dapat digunakan oleh industri pariwisata bahari. Khususnya operator selam dan wisatawan, untuk melaporkan keberadaan spesies karismatik di area KKP serta kawasan serupa lainnya.

Rilis yang dikirimkan pengelola program USAID SEA Maluku Utara diterima kabarpulau.co.id/ menyebutkan,  teknologi ini akan menginformasikan keberadaan spesies karismatik  yang nanti akan menjadi dasar dalam menentukan jumlah donasi kecil untuk masyarakat. Donas ini  sebagai kontribusi dari wisatawan yang berwisata ke daerah pesisir, guna  mendorong perlindungan biota ini.

 Dana ini dapat menjadi pendapatan alternatif dari ekstraksi sumberdaya laut secara langsung, aplikasi ini memungkinkan masyarakat untuk menerima sumber pendapatan dari upaya konservasi yang dilakukan .

“Prototipe pertama Ocean Eye dapat digunakan dan diuji coba lapangan pada triwulan akhir 2020 di Morotai. Morotai adalah salah satu pulau terluar di Indonesia yang terkenal dengan lokasi menyelam bersama hiu,” kata Alan White, Chief of Party Proyek USAID SEA.

 Dia bilang dengan adanya Kawasan Konservasi Perairan (KKP) yang baru dibentuk di Morotai pada tahun 2020 ini, Ocean Eye ingin memberdayakan dan menyediakan insentif kepada masyarakat sekitar dan operator pariwisata untuk mendukung upaya konservasi jangka panjang di daerah tersebut.

Infografis Karang Kokoya Morotai

KKP Rao-Tanjung Dehegila yang baru dibentuk di Morotai ini merupakan salah satu KKP yang di dukung pengembangannya oleh Proyek USAID SEA (2016-2021) yang bekerja sama dengan pemerintah provinsi dan kabupaten dalam merencanakan lokasi dan zona, melakukan survei dasar dan membantu pembuatan rencana pengelolaan KKP.

Kawasan Konservasi Perairan akan mendapat banyak manfaat dari penerapan Ocean Eye” kata Alan White, Chief of Party Proyek USAID SEA.

Di Morotai sendiri saat ini memiliki   tiga operator selam  yaitu Shark Diving Indonesia, Dive Morotai dan GOMO yang telah setuju untuk menggunakan dan mencoba aplikasi Ocean Eye. Selain itu ada juga   tiga komunitas masyarakat lokal yang berada di pulau-pulau kecil di tengah KKP dengan kekayaan keanekaragaman hayatinya, akan menjadi penerima dana jasa ekosistem yang dilakukan oleh wisatawan yang berkunjung. Dia bilang berdasarkan pemodelan dan proyeksi yang dilakukan, serta data pengamatan  yang dikumpulkan selama survei daya dukung pada 2019, dana pembayaran dari pertemuan dengan spesies yang diharapkan ini akan memberikan pendapatan ke masyarakat mencapai US $ 400.000 pada tahun ke-6.

Infografis Keanekragaman Hayati Dodola Kecil

Pada basis harian per penyelam, dana yang dikumpulkan diproyeksikan lebih dari dua kali lipat pada periode berbeda, dari US $4,50 di tahun pertama menjadi US $10,20 di tahun ke-6, mencerminkan peningkatan pertemuan dengan populasi spesies yang pulih dan lebih banyak wisatawan yang mengunjungi Morotai.

Di bawah ini adalah ringkasan rencana penggunaan dana yang akan diterima oleh masyarakat dari dana jasa ekosistem melalui Ocean Eye

Desa Ngele-Ngele berencana untuk menjalankan program konservasi seperti restorasi terumbu karang dan melakukan kegiatan pendidikan dan edukasi peduli lingkungan di sekolah setempat.

 Desa Galo-Galo berencana untuk mendukung kelompok usaha wanita dalam meningkatkan keterampilan, pemasaran dan produksi

Desa Kolorai berencana untuk melakukan pemantauan rutin di Kawasan Konservasi Perairan untuk menjaga wisata bahari tetap lestari dalam upaya mendukung upaya konservasi dan mengembangkan pariwisata berbasis masyarakat yang berkelanjutan di Kolorai seperti penguatan Kelompok Sadar Wisata (POKDARWIS).

Meskipun pandemi melanda, Morotai tetap menerima beberapa turis penyelam domestik saat ini yang memungkinkan pengumpulan data frekuensi pengamatan berbagai hewan serta menetapkan harga ideal per penglihatan per spesies. Penyaluran dana untuk masyarakat akan menggunakan uang tunai untuk saat ini, tetapi pada percobaan ini,akan pula mengidentifikasi mekanisme transfer digital berbiaya rendah yang paling sesuai untuk daerah tersebut.

Infografis kekayaan bawah laut Galo galo

 Sari Tolvanen CEO Ocean Eye menjelaskan,  setelah uji coba pada triwulan akhir 2020, Ocean Eye akan siap untuk meningkatkan skala global dan membantu mengarahkan upaya konservasi di dunia pariwisata pasca pandemi. “Pandemi telah menunjukkan kepada kita dengan jelas bahwa masyarakat tidak memiliki insentif jangka panjang untuk konservasi, di banyak daerah perburuan satwa liar telah marak terjadi. Ocean Eye kini dapat membantu memastikan bahwa dengan situasi pandemi, tidak harus mengakibatkan hilangnya keanekaragaman hayati” kata Sari Tolvanen.  

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kondisi Lingkungan Malut Kritis? (1)

    • calendar_month Ming, 28 Nov 2021
    • account_circle
    • visibility 226
    • 1Komentar

    Kondisi Sungai Wale Halmahera Tengah Foto Desember 2020

  • Perjuangkan Sungai Sagea, Aksi Warga Ricuh  

    • calendar_month Ming, 29 Okt 2023
    • account_circle
    • visibility 264
    • 2Komentar

    Warga Desa Sagea dan Kiya yang berada di lingkar tambang  kawasan industry  PT Indonesia Weda Bay Industrial Park (IWIP) Kabupaten Halmahera Tengah (Halteng), Maluku Utara menggelar aksi  Sabtu (28/10/2023) di Lipe Gate 3 PT IWIP, Kecamatan Weda Utara, Kabupaten Halmahera Tengah pagi tadi sekitar pukul 09.30 WIT. Aksi yang melibatkan massa yang datang dengan truk […]

  • Malut Masuk 10 Provinsi yang Terus Alami Deforesfasi

    • calendar_month Sab, 19 Mar 2022
    • account_circle
    • visibility 307
    • 2Komentar

    Hutan yang berada di sejumlah pulau di Maluku Utara    terus alami deforestasi. Walau lajunya cenderung turun, faktanya hingga kini masih banyak  pulau  yang kehilangan tutupan hutannya. Data Yayasan Auriga Nusantara, menunjukan tutupan hutan alam nasional di Indonesia mencapai 88 juta hektare. Dari angka tersebut, 80% berada di 10 provinsi kaya-hutan, seperti Papua, Papua Barat, Kalimantan […]

  • Titik Nol Jalur Rempah adalah Soal Geopolitik (3)

    • calendar_month Jum, 28 Jul 2023
    • account_circle
    • visibility 250
    • 1Komentar

    Untuk menentukan Titik Nol Rempah, bukan lagi sekedar soal romantisme sejarah masa lalu, namun ia adalah soal identitas, nasionalisme, dan soal geopolitik global, untuk menentukan pada titik manakah Indonesia harus memainkan peranannya dalam percaturan global dewasa ini. Jika menoleh apa yang dilakukan China sepeninggalnya Mao Tze Tung, Deng Xiao Ping telah berani mengangkat identitas masa […]

  • Ini Manfaat Zakat dan Sadaqoh Global

    • calendar_month Rab, 8 Mar 2023
    • account_circle
    • visibility 189
    • 2Komentar

    UNHCR: 1,6 juta Pengungsi Terbantu dari Filantropi Islam United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR)  adalah organisasi internasional yang mandat utamanya  memberikan perlindungan serta memberikan bantuan berupa pemenuhan kebutuhan dasar bagi pencari suaka dan pengungsi bekerja sama dengan beberapa mitra. Melalui mitra Zakat dan Sadaqah secara global pada tahun 2022, saat peluncuran Laporan Tahunan Filantropi Islamnya […]

  • Mengunjungi  Pantai Oma Moy Bacan yang Unik

    • calendar_month Jum, 10 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 280
    • 0Komentar

    Nikmati Laut dan Pantai Bening Bersih, hingga Batu Pipih Tersusun Rapi Angin laut bertiup perlahan. Keteduhan pepohonan pantai yang rimbun begitu menyejukkan. Meski siang terasa terik, kala tiba di pantai ini bagaikan berada di belantara hutan Gunung Sibela. Ya itulah suasana yang kami rasakan ketika mengunjungi pantai Oma Moy Dusun Oma Moy Panamboang Bacan Selatan […]

expand_less