Breaking News
light_mode
Beranda » Lingkungan Hidup » Air Laut Coklat Kemerahan, Ikan Mati dan Warga Was-was

Air Laut Coklat Kemerahan, Ikan Mati dan Warga Was-was

  • account_circle
  • calendar_month Kam, 27 Feb 2020
  • visibility 224

Warga Desa Sangapati  dinstruksikan  menghindari mengomsumsi ikan  mati massal karena dicurigai beracun. Sementara anak- anak  dan  orang dewasa, diminta  menghindari sementara waktu mandi di laut.   Warna air laut yang biasanya  bening menjadi coklat pekat kemerah- merahan  itu  ikut menyebabkan matinya berbagai jenis biota   di kawasan laut pulau Makeang  Halmahera Selatan  Maluku Utara. Peristiwa ini membuat warga  seminggu belakangan ini  menjadi was-was.

Berbagai jenis ikan yang mati itu membuat  mereka  enggan mengkonsumsi ikan.  “Kita imbau  untuk menghindari mengkonsumsi ikan yang ditemukan mati. Kalau boleh anak anak dan orang dewasa juga jangan dulu mandi di laut.  Kita tidak tahu kandungan  air laut itu apa  tercemar  atau tidak,” kata  Kepala Desa Sangapati Makeang   Muhammad Musatafa.

Dihubungi Kabarpulau.co.idc dari Ternate,  dia menceritakan, awalnya warga tak  tak tahu ada peristiwa ini. Ketika ada warga yang  ke pantai dan menemukan  air yang pekat dan ikan mati yang terdampar    baru warga menjadi heboh dan ramai –ramai ke pantai menyaksikan fenomena atau kejadian  tidak seperti biasanya itu. “Belum pernah ada kejadian seperti ini. Ini baru pertama kali,”ujar Muhammad.

Diceritakan juga, air laut yang coklat kemerahan ini  menurut penjelasan bebeberapa nelayan yang telah melaut sebelumnya, sebenarnya mereka telah  lihat di tengah laut. Hanya saja mereka tak curiga  hal ini menyebabkan matinya  ikan di tepi pantai, ketika  ketika mencapai daerah  pantai.   “Beberapa nelayan di sini cerita begitu, jadi kayaknya air tercemar ini sudah terjadi beberapa hari sebelumnya,” imbuhnya.

Sementara peristiwa ini tidak hanya terjadi di Pulau Makeang. Ternyata warna air laut   yang coklat pekat dan ikan yang mati ini sampai ke Halmahera bagian selatan. Bahkan pada Selasa hingga Rabu (26/2) sore,  matinya ikan dan  air laut yang keruh itu sudah sampai ke perairan Ternate.

Beberapa diver yang mencoba melakukan penyelaman di kawasan pantai Falajawa Kota Ternate menemukan ikan dan berbagai biota  mati mengenaskan.

“Dua hari berturut- turut kami turun  menyelam  di kedalaman 5 sampai 10 meter di kawasan pantai Falajawa menemukan  keruhanya air laut dan banyak ikan karang yang mati,” ujar Willy salah satu penyelam. Selain ikan karang, biota lainnya  ikut mati.  Seperti octopus  atau gurita bahkan  hiu berjalan juga mati. 

Diver lainnya, Adita Agoes  diantayai soal ini mengaku  ditemukan banyaknya  biota yang mati. Meski begitu belum bisa dipastikan sumbernya.  Pihaknya sudah mengambil sampel. Bahkan  beberapa pihak ikut mengambil sampel untuk diuji laboratorium. “Badan Lingkungan Hidup Kota Ternate  sudah minta kita ambil sampel di kawasan laut Taman Nukila Ternate. Terutama   di daerah permukaan laut,  kedalaman 12 meter dan 24 meter,” jelas Adita.  

Meski  begitu Adita bilang, semua  kepastiannya nanti menunggu hasil uji laboratorium.  Dia menambahkan dari hasil temuan di lapangan, ikan –ikan yang mati hampir semua ikan karang (daging putih,red). Misalnya baronang, biji nangka, kulit pasir,  kakatua.   Sementara ada jenis tertentu   tidak mati, misalnya gete gete,  lion fish dan  clown fish. “Ada juga ikan yang tidak mati,” katanya.  

Matinya berbagai jenis ikan ini membuat warga was-was. Karena itu  mereka meminta perlu ada penjelasan resmi dari pemerintah. Warga meminta hal ini diseriusi karena hal  sangat mengkhwatirkan warga  misalnya  di Makeang  dan daerah lainnya, yang terdampak peristiwa ini. “Pemerintah perlu segera melakukan uji dan menyampaikan secara resmi kepada masyarakat  apa masalahnya. Dan apakah ikan-ikan yang nanti dikonsumsi warga  setelah peristiwa ini berbahaya atau tidak. Ini  penting agar warga bisa tenang,” pinta Muhammad.

Peristiwa menghebohkan ini sudah banyak analisis dan dugaan- dugaan disampaikan  pihak terkait. Misalnya akademisi, Dinas Perikanan maupun Dinas Lingkungan Hidup. Meski begitu   semua baru  dugaan belum ada uji laboratorium resmi.

Kepala  Dinas  Perikanan  Provinsi Maluku Utara Buyung Radjiloen  coba dikonfirmasi via hand phone  Selasa (25/2) mengaku,    sudah mengumpulkan sampel  dan akan dilakukan uji laboratorium. Memang ada dugaan-dugaan misalnya kemungkinan blooming algae maupun fenomena upwelling. Dua peristiwa alam ini katanya belum    bisa menjadi pegangan karena butuh   analisis laboratorium untuk memastikannya. “Di Makeang misalnya diduga    peristiwa Blooming algae. Begitu juga bisa saja karena upwelling. Ini sifatnya dugaan perlu pembuktian secara pasti melalui uji  sampel di laboratorium,” katanya.

Sementara hingga kemarin  belum ada hasil uji laboratorium yang  yang dipublikasikan terkait  masalah ini.(*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Warga Gane Keluhkan jadi Langganan Banjir

    • calendar_month Sen, 13 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 217
    • 0Komentar

    Banjir yang pernah melanda MAffa dan Kebun Raja, foto Sahril S

  • Halua Kenari, Sumber Pendapatan Ibu-ibu Suma

    • calendar_month Ming, 29 Nov 2020
    • account_circle
    • visibility 284
    • 0Komentar

    Ibu Ainun (jilbab hijau) melepas tempurung kenari dari isinya dengan cara dipukul dengan batu

  • Cerita dari Laigoma Setelah Ada Solar Cell (1)

    • calendar_month Sab, 12 Agu 2023
    • account_circle
    • visibility 283
    • 2Komentar

    Rumah milik Safa Kamari (67 tahun) berada di ujung selatan Dusun I Desa Laigoma Kecamatan Kayoa Kabupaten Halmahera Selatan Maluku Utara.   Berdinding beton beratap seng, di halamannya berdiri satu buah panel surya yang berfungsi mengubah tenaga surya menjadi energi listrik. Dari panel ini tersambung dengan empat bola lampu yang dipasang di teras, ruang tamu, dapur […]

  • Kawal Demokrasi dan Konstitusi, KEPAL: Batalkan Omnibus Law

    • calendar_month Jum, 11 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 143
    • 1Komentar

    Aksi protes pengesahan Omnibus Lawa beberapa waktu lalu, foto Antara

  • Penemuan Ikan Purba Coelacanth Hidup Pertama di Perairan Maluku Utara

    • calendar_month Sel, 27 Mei 2025
    • account_circle
    • visibility 1.188
    • 0Komentar

    Ekspedisi ilmiah yang dilakukan Underwater Scientific Exploration for Education (UNSEEN), Universitas Pattimura, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Universitas Udayana, dan Universitas Khairun berhasil menemukan ikan purba coelacanth (Latimeria menadoensis) di perairan Maluku Utara. Penemuan langka ini merupakan bagian dari kolaborasi internasional yang didukung Blancpain Ocean Commitment, berfokus pada penelitian ekosistem terumbu karang  mesofotik (kedalaman […]

  • Menjaga Mangrove di Titik Nol Khatulistiwa

    • calendar_month Sel, 19 Mar 2024
    • account_circle
    • visibility 358
    • 0Komentar

    Membangun Asa dari Kampung Tawabi     Senin (11/2/2024) sekira pukul 12.00 siang itu terasa  menyengat. Matahari tegak lurus di atas ubun-ubun. Cuaca panas  itu begitu terasa karena  sedang berada di titik nol khatulistiwa.  Tepatnya di desa Tawabi Kecamatan Kayoa Kabupaten Halmahera Selatan. Sebuah patok   menjadi penanda  titik nol khatulistiwa  berada di  hutan mangrove tepi pantai […]

expand_less