Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kota Pulau » Menguak Kekayaan Tersembunyi dari Ternate (1)

Menguak Kekayaan Tersembunyi dari Ternate (1)

  • account_circle
  • calendar_month Sab, 17 Feb 2024
  • visibility 283

Seri Tulisan Mengungkap Kehidupan Liar Gamalama   

Cerita tentang Ternate dengan segala keunikannya, sudah banyak diulas. Tidak hanya dalam tulisan dan gambar bergerak (video dan film,red). Perjalanan waktu pulau dan isinya juga banyak dikisahkan melalui buku sejarah, novel hingga cerita lisan  turun- temurun.

Jika diselami lebih dalam, di pulau ini akan ditemukan  begitu banyak kekayaan dengan  keunikannya. Jika di zamannya orang-orang berambut blonde dan berkulit budo nekat datang ke sini. Menempuh ribuan mil menggunakan kapal laut menyinggahi pulau tak terlihat dalam peta dunia akhirnya menjajah  lalu meninggalkan selaksa artefak.  

Mereka datang  karena cerita cengkih dan pala yang  mewangi melewati jalur sutra sampai ke Eropa. Hayali bau rempah membuat “sakau”  memaksa  mereka rela menghabiskan uang dan tenaga sampai pulau ini. Begitu  berharganya “emas coklat” kala itu sehingga menghipnotis siapa saja.  Cukup panjang diceritakan jika mau menjahit serpihan cerita tentang, memukaunya Ternate di mata dunia.   

Tapi kali ini  kita tidak bernostalgia mengangkat kisah dan sejarah panjang Ternate dengan kebesaran mewarnai perjalanan negeri.

Ada hal lain ingin dikabarkan. Yaitu kekayaan  tersembunyi yang belum banyak diulas.  Tentang kaya   dan menawannya Ternate dari tepi laut hingga ke puncak gunung. Spot wisata, minat umum dan minat khusus yang belum dieksplore. Padahal menjanjikan dan akan menghipnotis siapa saja yang menyaksikan. 

Memang, jika menarik garis lurus pulau ini dari tepi pantai hingga ke puncak Gamalama hanya 6,5 kilometer. Tetapi  dengan puncak yang memilki ketinggian (+1.715 mdpl)  sebagai gunungapi aktif  menyimpan beragam kekayaan biodiversitas.

Dengan luas 250,85 kilometer persegi dan  wilayah laut 5.547,55 kilometer persegi ini menyimpan sensasi untuk penikmat alam dan kehidupan liar. Di hutan cengkih dan pala ada hewan endemic yang menari menari di lantai hutan dan pucuk pohon, di laut ada ikan ikan endemic yang menyusuri relung relung terumbu karang.  Semua kekayaan ini mesti dikabarkan agar para pelancong tahu bahwa di pulau kecil ini, ada kekayaan tak terpemanai yang wajib dilindung  agar  tidak hanya disaksikan hanya pada hari ini tetapi juga hingga sampai entah kapan. 

Burung Ini adalah sub jenis dari paok mopo Maluku Utara, yaitu paok mopo Ternate. Habitatnya hanya ada di Pulau Ternate dan pernah ada perjumpaan di Pulau Moti. foto Akhmad David

Melalui artikel Menguak Kekayaan Tersembunyi dari Ternate, kabarpulau.co.id/ akan menurunkan dua tulisan berseri untuk jenis satwa liar endemic Ternate yang sangat memukau  dan perlu dilindungi. Perlindungan ini perlu karena kondisinya   terancam perburuan dan  makin menyusutnya habitat hidup akibat pembangunan kota.

Melalui seri tulisan ini, akan mengangkat dua jenis satwa liar endemic Ternate yakni Kuso mata biru Ternate dan burung Tohoko mopo yang menjadi  spot minat wisata khusus di pulau Ternate yang belum terlalu banyak dijamah.

Dua jenis satwa ini, benar-benar dalam kondisi terancam. Meskipun sudah resmi dilindungi melalui regulasi Negara. Jika tidak ada kesadaran dan upaya perlindungan, diburu dan dijaga habitatnya, kekayaan ini suatu saat akan tinggal cerita.  (bersambung) (*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Presiden Resmi Cabut 11 Izin Kehutanan di Malut

    • calendar_month Jum, 7 Jan 2022
    • account_circle
    • visibility 216
    • 0Komentar

    Presiden Joko Widodo mencabut izin-izin pertambangan, kehutanan, dan penggunaan lahan negara yang dinilai bermasalah. Langkah ini diambil untuk memperbaiki tata kelola sumber daya alam agar ada pemerataan, transparan dan adil, untuk mengoreksi ketimpangan, ketidakadilan, dan kerusakan alam. Hal ini disampaikan Presiden dalam keterangan pers secara di Istana Kepresidenan Bogor Jawa Barat Kamis (6/1/2022) siang. “Izin-izin yang […]

  • Jumlah Pulau di Malut Masih Diperdebatkan

    • calendar_month Sen, 15 Feb 2021
    • account_circle
    • visibility 249
    • 0Komentar

    Pantai Pulau Mtu Mya di Halmahera Tengah

  • Ada Apa, Kemarau tapi Hujan hingga Banjir?

    • calendar_month Sab, 15 Jul 2023
    • account_circle
    • visibility 227
    • 1Komentar

    Sepekan Tiga Wilayah di Malut Dihantam Banjir Meski saat ini masih dalam periode musim kemarau, kenyataanya hamper semua wilayah di Maluku Utara dilanda hujan lebat. Bahkan dampak hujan tersebut, dalam sepekan ini sejumlah daerah dilanda banjir besar hingga menimbulkan korban harta dan rusaknya fasilitas umum. Hingga Sabtu (15/7/2023), Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Stasiun […]

  • Transportasi Sumbang 5 Persen Emisi Karbon

    • calendar_month Jum, 15 Mar 2024
    • account_circle
    • visibility 311
    • 0Komentar

    Ternate Punya 157873 Unit Kendaraan  Penulis Mahmud Ichi/Mubarak Falahi Penggunaan transportasi sulit dipisahkan dari aktivitas sehari-hari, terutama masyarakat yang berada di perkotaan. Ketergantungan akan transportasi ketika berpindah dari satu tempat ke tempat lain, membuat transportasi menjadi faktor signifikan pada besarnya jejak karbon yang dikeluarkan setiap individu.   Jejak karbon adalah jumlah karbon atau gas emisi […]

  • Dari Forum Adat Kesangadjian, Selamatkan Alam Halmahera Timur

    • calendar_month Sel, 7 Jan 2025
    • account_circle
    • visibility 646
    • 0Komentar

    Forum adat di bawah Kesangadjian  yang berada  di Halmahera Timur  diinisiasi pembentukannya oleh masyarakat. Gerakan  yang dilakukan Kesangadjian   Bicoli dan turut menghadirkan Sangaji  di Maba itu dilaksanakan  pada 27 dan 28 Desember 2024 lalu. Forum Adat Kesangadjian ini merupakan yang  pertama di Halmahera Timur. Kegiatan itu itu dipusatkan di Balai Desa Wayamli, Halmahera Timur Maluku […]

  • 11 LSM Gugat Badan Bank Tanah ke MA

    • calendar_month Jum, 17 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 238
    • 1Komentar

    Koalisi Masyarakat Sipil gugat aturan bank tanah. Foto: KPA

expand_less