Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Malut » Malut Punya Potensi Kepiting Kenari Berlebih

Malut Punya Potensi Kepiting Kenari Berlebih

  • account_circle
  • calendar_month Sab, 5 Jun 2021
  • visibility 265

Setahun Hanya Boleh Ditangkap 15 Ribu Ekor     

Maluku Utara dengan 805 pulau memiliki beragam potensi baik dari laut maupun darat.  Salah satu potensi yang dimiliki adalah pulau pulau yang ada menjadi  tempat  hidup  salah satu hewan liar (wild life) kepiting kenari (Birgus latro ). Hewan  ini sangat diburu untuk dikonsumsi tidak hanya di Maluku Utara tetapi juga   dijual antarpulau hingga ke Jakarta dan Bali. Harganya yang mahal membuat hewan  yang masuk jenis artropoda darat  ini  semakin menurun populasinya. Di  Ternate menu kepiting kenari ini  hanya dihidangkan  di restaurant tertentu saja.

Perburuan kepiting kenari  massive  terjadi di beberapa pulau seperti di Obi, Yoi Gebe Halmahera Tengah  dan beberapa pulau lain di Halmahera Selatan. Hamper semua pulau kecil sebenrnya dihuni hewan ini. Di Pulau Ternate sendiri  ada  beberapa lokasi ditemukan hidup kepiting kenari  meski populasinya terbilang sedikit. 

Data Direktorat Konservasi Keanekaragaman Hayati (KKH) Dirjen KSDAE KLHK sesuai hasil riset LIPI 2017 lalu menunjukan bahwa   hamper semua pulau kecil di Malut punya potensi satwa ini. Ambil contoh di Halmahera Selatan ada di Pulau Pisang, Talimau, Pulau Kayoa, Gamumu. Begitu juga  Halmahera Tengah  Pulau Gebe  Halmahera Barat,  Halamhera Utara  Halmahera Timur  dan Halmahera Timur.  

Sementara di Ternate sesuai riset yang dilakukan Supyan dan kawan kawan dari  Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate 20015 lalu, menemukan  potensi kepiting kenari  ada di bagian barat pulau Ternate.   Riset   pada Juli – September 2015  yang bertujuan  mengetahui besarnya potensi kepiting kenari (berukuran dewasa) sebagai salah satu upaya pelestarian terhadap hewan yang dilindungi ini, menemukan   potensi hewan ini.  

Pasalnya, selama pengamatan  induk kepiting kenari atau kelapa yang ditemukan di stasiun pengamatan secara total adalah 46 individu per 40.000m2. Jumlah sampel kepiting kelapa yang diperoleh selama penelitian berjumlah 20 ekor  terdiri dari 13 ekor  jantan dan 7 ekor  betina. Hasl riset  itu menunjukan bahwa di Ternate juga ada satwa ini meskipun sangat  sedikit. 

Sufyan menyimpulkan bahwa secara total, kepadatan populasi kepiting  di pesisir pantai barat Pulau ini adalah 0,00114 individu /m2.  Memang katanya  populasi ini sangat kecil, namun masih memungkinkan untuk dikembangkan mengingat rasio kelamin jantan dan betina secara umum masih dalam keadaan seimbang.

“Jika kita menginginkan adanya Kawasan konservasi kepiting kenari di pulau  Ternate   maka perlu penyediaan habitat yang ideal untuk kelangsungan hidup populasi hewan ini,” tulisnya dalam riset tersebut.

Mohdar Hasanat salah satu pengusaha yang  menggeluti bisnis jual beli kepiting kenari   menyebutkan bahwa kepiting jenis ini  banyak hidup di beberapa pulau di Halmahera Tengah dan Halmahera Selatan. Usahanya menjual dan membeli kepiting kenari  banyak disuplai dari  Pulau Yoi Gebe dan Patani Halmahera Tengah serta pulau pulau di Halmahera Selatan seperti Obi  Kayoa dan Gane.

Kepiting kenari yang baru diambil para penangkap di Pulau Obi Halmahera Selatan

Di Maluku Utara  katanya masih banyak populasi kepiting kenari tetapi yang berukuran kecil.  “Dari LIPI ada standar  yang bisa diambil itu beratnya 1,3 kilogram ke atas  kalua   dihitung cangkang punggung kepiting kenari  atau disebut dengan karapas, yakni   cangkang keras yang melindungi organ dalam pada tubuh crustacea sepanang 9,5 cm. Di bawah itu tidak dperbolehkan,” jelasnya.

Dia bilang populasi ketang kenari di Maluku Utara belum termasuk punah karena populasinya di alam masih banyak. Kalau  ibarat traffic light itu dari hijau menuju kuning. Karena itu pemerintah menetapkan  kapiting kanari ini  termask hewan yang dilindungi. Meski begitu  masih bisa ditangkap  dengan   batasan tertentu.   

“Izin saya di 2019 ada 4000 ribu ekor dalam setahun namun realisasinya  tidak sebanyak itu. Jatah yang tersisa hingga 2021 ini masih ada 2000 ekor lebih yang belum dihabiskan. Dia menambahkan SK Kepiting Kenari   menjadi satwa buru itu dikeluarkan  KLHK pada 8 Agustus 2017 dari semula dilindungi  menjadi bebas  menjadi satwa buru.   

Kepala Seksi BKSDA Maluku Utara  Abas Hurasan bilang  untuk  kepiting kenari yang sebelumnya  masuk hewan yang  terancam  saat ini  sudah jadi satwa buru. Hal ini melalui  hasil riset yang dilakukan LIPI pada   2017 lalu. Dari hasil itu kemudian jadi dasar Kementerian KLHK mengeluarkan SK izin buru kepiting kenari bagi beberapa pengusaha yang mengajukan izin usaha.

Di Maluku Utara  hampir semua pulau memiliki potensi  hidupnya kepiting kenari. Kelebihan populasinya juga menjadi hama. Kepiting kenari ini sebenarnya masuk satwa yang dilindungi karena kondisinya rawan  tetapi sesuai hasil survei populasinya di alam berlebihan akhirnya    LIPI   kemudian merekmondasikan  jadi satwa buru. “Satwa yang diburu mengikuti prosedur  berdasarkan aturan dan ketentuan.  Tidak boleh  melebihi  atau over  penangkapan yang menyebabkan  hewan ini habis. Tentu katanya dengan izin yang diberikan pemerintah.

Maluku Utara diberi jatah penangkapan setahun sebanyak 15 ribu ekor.    Jatah  per tahun ini keluar pada Agustus 2017 dan sampai saat ini belum  dihabiskan.  

 Lembaga Ilmu Pengetahuan  Indonesia (LIPI)  dalam situs resminya (http://lipi.go.id/publikasi/kepiting-kenari-seri-metode-survei-dan-pemantauan-populasi-satwa-buku-viii/28283) menyebutkan,  populasi Kepiting kenari di dunia dianggap telah menurun dengan drastis sehingga Persatuan Internasional untuk Konservasi Alam (International Union for Conservation of Nature = IUCN) telah menetapkan bahwa Kepiting kenari adalah binatang langka dan perlu dilindungi walaupun termasuk dalam kategori “kurang data”.

Artikel yang ditulis oleh Dra. Rianta Pratiwi M.Sc.,Heryanto, Daisy Wowor menjelaskan  Kepiting kenari (Birgus latro) merupakan salah satu binatang liar (wildlife) yang hidup di laut pada saat stadia larva dan juvenil, sedangkan pada saat stadia muda dan dewasa lebih banyak menghabiskan hidupnya di daratan, sehingga binatang ini lebih dikenal sebagai kepiting darat yang aktif mencari makan pada malam hari.

Pusat penagkaran kepiting kenari milik Mohdar Hasanat

Kepiting kenari atau ketam kenari dikenal juga sebagai kepiting pencuri (robber crab) karena sering mencuri kelapa sebagai makanannya. Kepiting ini termasuk kelompok dekapoda darat yang paling besar dan bahkan sebagai Arthropoda daratan terbesar di dunia. Rentangan kakinya dari ujung capit kaki yang satu sampai dengan ujung capit kaki lainnya dapat mencapai 1 (satu) meter dengan berat maksimum 4 (empat) kilogram.   Masyarakat Indonesia dan juga masyarakat internasional belum banyak yang mengetahui mengenai Kepiting kenari (nama ilmiah: Birgus latro). Selain itu Kepiting kenari juga dikenal sebagai hewan yang memiliki kekuatan yang besar dalam mengangkat beban.

Kepiting ini dapat mengangkat beban hingga 29 kg. Lifespan (rentang hidup) kepiting ini juga besar, bila Kepiting kenari dibiarkan hidup maka ia dapat mencapai usia hingga 30 tahun. Hal ini sangat berbeda dengan kepiting-kepiting jenis lainnya yang berusia lebih pendek. Kepiting ini juga memiliki banyak nama yang diberikan  sesuai sebutan daerah masing masing. (*) 

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Warga Gane Timur Minta Pemerintah Perhatikan Produksi Sagu

    • calendar_month Sen, 30 Jan 2023
    • account_circle
    • visibility 170
    • 3Komentar

    Masyarakat Desa Kotalou Kecamatan Gane Timur, saat ini  banyak yang mengolah pohon sagu menjadi tepung.    Hasilnya  lalu  dijual ke daerah sekitar Halmahera Selatan dan Weda  Halmahera Tengah.    Dalam mengolah sagu warga tidak lagi melakukannya  secara manual tetapi  menggunakan  mesin penggilingan. Produksi sagunya  setiap orang menghasilkan 5 sampai 6 karung dalam sepekan. Sementara tiap karung […]

  • Akademisi: Ancaman Ekosistem Halmahera Serius

    • calendar_month Sel, 9 Feb 2021
    • account_circle
    • visibility 287
    • 0Komentar

    Maluku Utara sebagai daerah kaya bahan mineral,   menjadi incaran investor asing. Baru baru ini pemerintah Provinsi Maluku Utara melalui Sekretaris Daerah Provinsi (Sekprov) Samsudin Abd Kadir menyampaikan bahwa investasi asing masuk ke Maluku Utara yang mengelola tambang, sudah menginvestasikan modalnya di atas 100 triliun. Angka ini dianggap sebagai sebuah keberhasilan menggenjot perekonomian Maluku Utara. Termasuk […]

  • Writing Challenge Kawan GNFI

    • calendar_month Kam, 17 Nov 2022
    • account_circle
    • visibility 166
    • 0Komentar

    Halo Pembaca Setia GNFI! Ada kabar bahagia nih, sekarang situs Good News From Indonesia (GNFI) membuka kembali kesempatan bagi Kawan yang ingin menyalurkan karya tulisannya. Nah, dalam rangka memeriahkan kehadiran Kawan kembali, kami mengajak Kawan untuk ikut Writing Challenge Kawan GNF dengan mengusung tema “Kabar Baik dari Daerahku” ✨ dengan sub-tema Local Heroes, Sosial Budaya, […]

  • Ini Kajian AEER Soal Rencana HPAL Obi dan Morowali

    • calendar_month Kam, 4 Feb 2021
    • account_circle
    • visibility 264
    • 0Komentar

    Suasana laut dan pantai desa Kawasi Obi Halmahera Selatan/foto Ata Fatah

  • KLHK Sosialisasikan FOLU Net Sink 2030 di Maluku Utara

    • calendar_month Rab, 22 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 153
    • 0Komentar

    Indonesia Forestry and Other Land Uses (FOLU) Net-Sink 2030 merupakan suatu kondisi dimana tingkat serapan karbon sektor kehutanan dan penggunaan lahan lainnya sudah berimbang atau bahkan lebih tinggi dari tingkat emisi yang dihasilkan sektor tersebut pada tahun 2030 merupakan   Komitmen Indonesia  untuk mendorong tercapainya tingkat emisi GRK sebesar -140 juta ton CO2e pada tahun 2030 […]

  • Dampak Industri Ekstraktif di Malut Sangat Serius

    • calendar_month Jum, 23 Agu 2024
    • account_circle
    • visibility 447
    • 0Komentar

    BRIN: Kelestarian dan Kelangsungan Ekosistem Pulau-pulau Makin Terancam   Dampak industry ekstraktif bagi kelestarian dan kelangsungan ekosistem  terutama di pulau pulau kecil seperti di Maluku Utara sangat serius. Kehadiran industry padat modal  terutama pertambangan mineral diberbagai tempat termasuk di Maluku Utara disebut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN)  mengancam lingkungan, biodiversitas dan manusia di dalamnya. […]

expand_less