Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Pisang Mulu Bebe Sumberdaya Genetik Halmahera

Pisang Mulu Bebe Sumberdaya Genetik Halmahera

  • account_circle
  • calendar_month Kam, 18 Nov 2021
  • visibility 1.059

Sepanjang perjalanan darat dari Jailolo menuju Ibu  di Kabupaten Halmahera Barat Maluku Utara pertengahan Februari  lalu disuguhi pemandangan menarik. Setiap kebun dan dusun kelapa atau  pala  yang dilewati   hamper   tak ada sela atau lahan kosong dibiarkan telantar. 

Setiap  lahan  dipadati pohon pisang  dari berbagai  varietas. Ada empat  varietas pisang paling familiar  yang ditanam di setiap lahan kebun maupun pekarangan. Nama nama local pisang  yang ditanam para petani di Halmahera Barat  adalah  mulu bebe, pisang raja,    sepatu dan   goroho.   Dari  jenis pisang itu  ada satu   yang paling banyak  ditanam  yakni   mulu bebe.  Jenis pisang ini  karena rasanya yang gurih,    dijual  ke pasar  juga  mahal harganya. Setiap tandan pisang   dijual dengan harga antara Rp25000 hingga Rp30.000. 

Pisang mulu bebe atau pisang mulut bebek adalah salah satu jenis pisang   endemic  Maluku Utara.  Jenis pisang ini diklaim  tidak ditemukan di tempat lain di Indonesia. 

Untuk masyarakat Tobaru di Halmahera Barat, pisang mulu bebe sudah menjadi komoditi utama yang ditumpangsarikan dengan tanaman perkebunan. Pisang   sudah menjadi tanaman utama di setiap kebun warga selain lahan padi ladang yang ditanam setiap tahun.

“Petani belum menanam khusus di satu kebun pisang ini. Tetapi rata-rata jenis pisang mulu bebe mendominasi setiap kebun pisang yang diusahakan,” jelas Yosep Ugu petani dan tokoh masyarakat Togoreba Sungi  Kecamatan Tabaru. Dia bilang saat ini, pisang jenis ini ditanam untuk dikonsumsi juga menjadi barang jualan paling laris. Karena itu tidak heran, hamper semua petani selalu menanam pisang mulu bebe dari pekarangan rumah  dan kebun serta di bawah dusun kelapa dan pala.  

Sejumlah literatur menyebutkan  sampai saat ini, belum ada data yang menunjukkan bahwa pisang mulu bebe terdapat di daerah lain di Indonesia. Hal tersebut mengindikasikan bahwa pisang mulu bebe termasuk pisang   khas yang   menjadi sumber kekayaan genetic   Maluku Utara.

Hasil riset BPTP Maluku Utara menjelaskan   ciri pisang ini   memiliki tinggi batang rerata 166,40 cm, lingkar batang atas 27,7 cm. Rerata panjang daun 120,13 cm, lebar daun bagian bawah 43,40 cm. Panjang buah rerata 13,8 cm, diameter rerata 3,4 cm.

Umur panennya  9-10 bulan  setelah tanam. Jumlah buah rata-rata antara 3-6 sisir dan 30-50 buah per tandan. Sementara potensi hasilnya bisa didapat  4,35 ton/ha.

Secara fisik buah pisang mulu bebe juga memiliki ciri khas tersendiri. Di antaranya bentuk buah yang khas, dimana bagian buah di bagian pangkal dan semakin ke ujung mengecil mengerucut.

Sebenarnya penamaan pisang mulu bebe ini dikaitkan dengan bentuk kelopak jantung pisang yang terbuka pada waktu reproduksi yang menyerupai mulut bebek, sehingga  dinamakan pisang mulu bebe. Daging buah yang telah matang dari pisang ini berwarna kuning kemerahan (oranye).

Pisang jenis ini memiliki  kandungan gizi  serta  kaya akan mineral seperti kalium, fosfor, magnesium, besi, dan kalsium. Warna oranye yang terlihat pada pisang mulu bebe yang telah matang mengindikasikan bahwa buah pisang mulu bebe mengandung vitamin C.

Secara umum, 100 g daging buah pisang segar yang matang mengandung 70g air, 1,2g protein, 0,3g lipid, 27g karbohidrat, 400mg kalium, 20 mg asam askorbat, dan lain-lain 

Pemanfaatan Pisang Mulu Bebe 

Ragam jenis pisang yang ditanam di sela sela tanaman tahunan di kebun warga Tobaru Halmahera Barat

Maluku Utara merupakan suatu daerah yang memiliki kondisi iklim dan lingkungan yang sangat sesuai bagi pertumbuhan dan perkembangan tanaman pisang mulu bebe. Penyebarannya yang telah mencapai hampir seluruh wilayah Maluku Utara  menjadi salah satu bahan pangan lokal yang dapat membantu proses penganekaragaman pangan di wilayah Maluku Utara.

Pisang mulu bebe dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan yang dapat dikonsumsi. Biasanya, masyarakat Maluku Utara mengolah buah pisang mulu bebe yang telah matang menjadi pisang santan, sedangkan buah pisang yang sudah tua namun belum terlalu matang, biasanya diolah menjadi pisang goreng dan dinikmati bersama air jahe. Buah pisang mulu bebe juga dapat diolah menjadi tepung sebagai bahan baku pembuatan crakers.

Pisang Mulu Bebek (Musa sp)  telah terdaftar di Pusat Perlindungan Varietas Tanaman (PPVT) dengan nomor register 19/PVL/2009 tanggal 16 Juni 2009 atas nama Gubernur Maluku Utara.

Dengan kekhasannya tersebut, pengembangan pisang Mulu Bebek  dijadikan komoditas unggulan khas Maluku Utara perlu dipertimbangkan.

Secara umum kondisi agroekosistem di Maluku Utara sesuai untuk tanaman pisang.  Pisang Mulu Bebek tergolong pisang dengan ukuran sedang dan tergolong pisang olahan. Ukuran diameter batangnya 10-11 cm, warna hijau kekuningan dan biasanya menghasilkan jumlah anakan 5 buah. Dari segi produksi, Pisang Mulu Bebe menghasilkan sekitar 3 sisir/tandan dengan jumlah buah sebanyak 10 buah/sisir dan berat buah dalam satu tandan mencapai 2-3 kg. 

Perhatian Pemerintah Belum Signifikan 

Kabupaten Halmahera Barat memiliki potensi pengembangan pertanian horticulture terutama  buah-buahan  cukup  luar biasa. Daerah ini menjadi penghasil buah-buahan terbesar di Maluku Utara.

Sayangnya hingga kini kawasan produktif itu belum  dikembangkan menjadi sentra penting  pengembangan pertanian kelas eksport. 

Halmahera Barat  di mana di dalamnya ada kelompok masyarakat Tobaru,  merupakan penghasil hortikultura, selain perkebunan. Hasilnya beragam, antara lain pala,  manggis, rambutan, durian, pisang dan sayur-sayuran. Ada beragam pisang local yang sudah dikembangkan turun temurun oleh para petani.

Data statistic menunjukan Halmahera Barat menjadi  penyuplai kebutuhan pangan dan hortikultura terbesar ke kota Ternate Maluku  Utara. Untuk urusan produksi pisang saja ada sekira 7 ribu ton dihasilkan setiap tahun oleh Halmahera Barat untuk menghidupi  masyarakat Kota Ternate. (*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • MDPI Urus Dokumen Kapal Nelayan Kecil Ternate

    • calendar_month Jum, 17 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 209
    • 2Komentar

    Proses pengukuran kapan nelayan di kelurahan Sangaji Kota Ternate, foto M Ichi

  • Masyarakat Adat Terancam  Program Biofuel

    Masyarakat Adat Terancam  Program Biofuel

    • calendar_month Sen, 17 Nov 2025
    • account_circle Redaksi
    • visibility 66
    • 0Komentar

    Ikrar Belém 4x akan Sia-Sia bila Hutan dan Masyarakat Adat terus Dieksploitasi Bersama lebih dari 1.900 organisasi masyarakat sipil yang tergabung dalam Climate Action Network (CAN), Greenpeace menolak “Belém 4x Pledge,” inisiatif guna melipatgandakan produksi bahan bakar berkelanjutan (biofuel) hingga empat kali lipat dalam satu dekade mendatang. Kepala Kampanye Solusi untuk Hutan Global Greenpeace, Syahrul […]

  • Orang Tobaru dan Tradisi Menanam

    • calendar_month Jum, 5 Nov 2021
    • account_circle
    • visibility 308
    • 2Komentar

    Hari masih pagi. Jarum jam baru menunjukan pukul 07.25 WIT. Jumat (19/2) pagi  itu,  Rin Bodi (49) dan   suaminya    Lius Popo (57) sudah meninggalkan rumah menuju kebun dan dusun kelapa  yang berada kurang lebih 3 kilometer dari desa Podol Kecamatan Tabaru Kabupaten Halmahera Barat. Podol sendiri adalah satu dari 16 desa  di kecamatan Tabaru  yang […]

  • KKP Jamin Unit Pengolah Ikan di Morotai Dapat Layanan Sertifikat Digital  

    • calendar_month Ming, 20 Mar 2022
    • account_circle
    • visibility 177
    • 1Komentar

    Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mendorong kemudahan perizinan dan sertifikasi terhadap pelaku usaha kelautan dan perikanan. Tak hanya di kota besar, melainkan juga bagi mereka yang berada di daerah, termasuk di wilayah Terpencil Terluar dan  Terdepan atau perbatasan negara. Kepala Stasiun  Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanaan (SKIPM) Ternate, Arsal menegaskan layanan yang […]

  • Anak Muda Bicara Problem Pembangunan Halmahera Selatan

    • calendar_month Ming, 5 Jun 2022
    • account_circle
    • visibility 166
    • 0Komentar

    Warga di Gane hanya bisa memanfaatkan jalan perusahaan sawit untuk akses mereka. Hingga kini jalan belum dibangun pemerintah di ujung selatan Halmahera tersebut, foto M Ichi

  • Kiprah Jamal Adam Jaga dan Rawat Paruh Bengkok    

    • calendar_month Ming, 4 Feb 2024
    • account_circle
    • visibility 248
    • 2Komentar

    Sabtu (17/12/2023) siang sekira pukul 12.30 WIT itu terasa menyengat.  Suasana Suaka Paruh Bengkok (SPB) di kawasan Taman Nasional Ake Tajawe Lolobata (TNAL) Desa Koli Oba Kota Tidore Kepulauan Maluku Utara itu juga, terlihat hanya ada 3 pengunjung. Mereka adalah karyawan sebuah perusahaan tambang yang datang selain berwisata juga menyerahkan seekor kakatua jambul kuning (cacatua […]

expand_less