Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Cerita Miris Desa Terang di Pulau Kecil

Cerita Miris Desa Terang di Pulau Kecil

  • account_circle
  • calendar_month Sab, 8 Jan 2022
  • visibility 230

Dari Nyala Genset Hanya Enam Jam hingga 2 Tahun Proyek Solar Cell yang  Mangkrak  

Maluku Utara dengan julukan negeri seribu pulau, memiliki masalah cukup serius dalam pemenuhan kebutuhan energi.  Salah satunya di Kabupaten Halmahera Selatan dengan pulau-pulau kecil yang tersebar, juga memiliki problem yang sama seriusnya. Terutama  penyediaan energy untuk penerangan  maupun kebutuhan lainnya.

Kebanyakan pulau kecil  di daerah ini berada terpencil  dan terisolir, membuat perusahaan listrik negara (PLN,red) yang memiliki kewajiban menyediakan listrik bagi warga  juga belum sepenuhnya  bisa dipenuhi. 

Halmahera Selatan adalah salah satu wilayah yang memiliki pulau-pulau kecil paling banyak. Ada 6 pulau besar dengan ditambah pulau pulau kecil yang mengelilinginya. Dengan luas wilayah daratan 8.779,32 km,  hanya 22 persen dari total luas wilayahnya  yaitu 40.263,72 km2.  Pulau besar di Halmahera Selatan itu  adalah  Pulau Obi, Pulau Bacan, Pulau Makian, Pulau Kayoa, Pulau Kasiruta, dan Pulau Mandioli. Dua pulau terluas yaitu Pulau Obi   3.111 km 2 dan Pulau Bacan 2053 km 2. Selain itu, Kabupaten Halmahera Selatan juga terdiri dari pulau-pulau kecil lain. Misalnya di dekat daratan Halmahera  memiliki  kawasan  Kepulauan Joronga. Begitu juga pulau-pulau kecil yang tersebar di Obi dan Kayoa.(https://www.halmaheraselatankab.go.id/page/geografi-dan-topologi).

Mayoritas  pulau pulau kecil berpenduduk  minim dengan akses terbatas, tidak bisa memenuhi kebutuhan pasokan listrik secara penuh sehingga butuh energy alternative  melalui program energi terbarukan.  Sayang proyek tenaga surya yang turun ke desa desa di Halmahera Selatan juga tidak semanis “desa terang” seperti digaungkan selama ini. Sejumlah desa di Halmahera Selatan  yang  dapat   proyek ini  ada yang belum tuntas hingga saat ini.      

Dikutip dari (https://www.liputan6.com/bisnis/read/3972243/5-desa-di- halmahera-selatan-kini-terang-benderang),  PT PLN (Persero) terus berupaya meningkatkan Rasio Elektrifikasi di Maluku dan Maluku Utara dengan terus melistriki desa-desa yang belum berlistrik.  Saat ini di Halmahera Selatan masih ada 36 desa  belum memperoleh listrik dari  PLN.

Disebutkan ratio elektrifikasi PLN di Provinsi Maluku Utara  telah mencapai 88,16 persen dengan target 90,89   

Dalam melistriki desa-desa, PLN memiliki dua misi yang sangat penting, yakni meningkatkan kualitas kehidupan masyarakat dan  mendorong perekonomian masyarakat.

Asis warga Laigoma menunjuk proyek tenaga surya yang mangkrak di kampung mereka (foto M Ichi

PLN juga memiliki cita-cita meningkatkan Rasio Elektrifikasi hingga tahun 2020-2021, namun terdapat beberapa kendala di lapangan yang belum memadai seperti infrastruktur yang belum siap, terutama jalan dan pelabuhan. Peningkatan rasio eletrifikasi kebanyakan dilakukan di daerah yang jauh dan minim infrastruktur.   

Ikatan Mahasiswa Kasiruta Timur(IMKT) Kabupaten Halmahera Selatan (Halsel) pernah memprotes mirisnya listrik di daerah mereka ke pemerintah provisni pertengahan 2021 lalu. Kala itu mereka  protes    dengan belum  adanya listrik sebagaimana program Indonesia Terang yang digadang- gadang pemerintah.

Para mahasiswa itu,  menyuarakan masyarakat setempat  mengalami kesulitan listrik. Mereka hanya bertahan dengan genset  pribadi dan  mengandalkan tenaga surya yang juga terbatas kapasitasnya.

“Masyarakat di Kasiruta Timur belum merasakan  listrik negara. Mereka hanya mengandalkan mesin listrik pribadi dan listrik tenaga surya,“ teriak Iskandar Muhammad salah satu orator mahasiswa Kasiruta Timur saat aksi di kantor gubernur pertengahan 2021 lalu.  Mereka meminta pemerintah provinsi  melihat kondisi di daerah mereka.  

Iskandar  bilang,  listrik tenaga  surya yang menjadi sumber energi listrik  di Kasiruta Timur tak mampu mememnuhi  keseluruhan kebutuhan warga. Apalagi jika memasuki musim  penghujan.   Imbasnya warga kesulitan listrik.

“Masyarakat Kecamatan Kasiruta Timur  sebagian besar mengandalkan Panel Surya serta mesin pribadi. Hanya saja   tidak cukup.  Di ibu kota kecamatan  telah terpasang tiang dan jaringan listrik namun  hanya jadi pajangan  bertahun tahun,” katanya. Sejauh ini sebagian Kecamatan di Halsel termasuk Kasiruta Timur belum menikmati listrik dari negara.  Di Kasiruta Timur sudah dua kali tiang PLN diganti karena rusak tetapi listrik negara tidak juga  dinikmati masyarakat.  

Lalu bagaimana dengan kondisi pulau pulau kecil  yang tersebar di kawasan Kayoa dan Obi?.

Sebuah fakta miris  bisa disaksikan  di  Kayoa. Pulau pulau yang jauh dari akses PLN itu, suplai energy listriknya  sangat minim.  Di pulau Siko, Gahi. Laigoma, Gunange dan Talimau yang masuk gugusan pulau pulau Gura Ici   punya problem yang sama. Semua berharap mesin genset. Dinyalakan hanya sampai pukul 24.00 WIT.  Selebihnya  menggunakan lampu teplok atau loga loga, atau jika ada panel surya mereka andalkan tenaga surya yang  kapasitasnya  hanya beberapa watt saja. 

Proyek Solar Cell yang mangkrak di pulau Laigoma

Listrik dari tenaga   surya  juga belum seluruhnya diperoleh masyarakat di pulau -pulau ini. Padahal kebutuhan energi untuk mereka  sangatlah urgen. 

“Di sini lampu genset hanya menyala sampai pukul 24.00 WIT. Itu  jika ada bahan bakar solar. Jika tidak ada maka masih ada panel surya. Namun tidak semua warga  memilikinya,” ujar Asis warga Laigoma.

Kata dia, saat ini harapan satu- satunya  adalah peningkatan kapasitas tenaga surya  karena  PLN masuk  ke pulau kecil seperti di kampungnya itu  terasa sangat sulit.    

Proyek Tenaga Surya 2 Tahun Terbengkalai

Di Pulau Laigoma  sudah ada program pengadaan listrik tenaga surya  yang dibangun  pemerintah kabupaten Halmahera Selatan. Namun sayang setelah infrastrukturnya dibangun, malah dibiarkan terbengkalai dalam  dua tahun belakangan ini. 

Proyek ini dibangun akhir 2019 masuk 2020  namun hingga kini   belum juga bisa dimanfaatkan masyarakat. Fasilitas pendukung   didatangakan ke  Laigoma sejak 2020   dan sudah dipasang, tapi hingga kini  mangkrak, bahkan beberapa fasilitasnya  juga sudah mulai rusak.

Saat mengunjungi pulau ini Oktberi 2021 lalu,  kabarpulau.co,id menemukan beberapa fasilitas daro proyek  ini tak terurus.

Mubin  salah satu warga Laigoma yang mengantar langsung ke lokasi  melihat dari dekat proyek ini menjelaskan,  proyek ini dibangun sejak akhir 2019 dan hingga kini belum juga  bisa digunakan. Di lokasi fasilitas panel surya ditempatkan sudah ditumbuhi semak semak yang menutupi hamper semua panel tenaga surya. Beberapa alat juga terlihat sudah mengalami korosi akibat diterpa panas dan hujan. Meski  jaringan kabel sudah ditarik masuk ke dalam kampung dan rumah warga, hingga kini belum juga bisa dinyalakan. Padahal sebagai masyarakat  di pulau pulau kecil seperti ini,  adanya listrik  melalui tenaga surya ini sangat dibutuhkan.   

Kepala Desa Laigoma Makbul Hi Saleh ditemui di Desa Laigoma Oktober akhir 2021 lalu,  menceritakan  jika proyek   di desanya itu mangkrak sejak 2020 lalu. Pasalnya sejak akhir 2019 proyek didatangkan ke kampungnya.  Panel surya maupun alat alat pendukung lainnya juga ikut dipasang. “Mereka datang dan pasang tapi sudah hamper 2 tahun ini tidak kembali untuk tambah alat dan nyalakan.  Proyek ini menurutnya nilainya miliaran rupiah.  Antara Rp 1 miliar hingga Rp 2 miliar. Itu kata salah satu anggota dewan yang datang ke Laigoma,” ceritanya.

Dia bilang  kurang tahu pasti karena  tidak ada papan nama proyek yang dipasang saat pengerjaan.   Sekarang kabel sudah dipasang mesin dan alat juga sudah  tetapi   tidak menyala bahkan sebagian alat mungkin sudah rusak,” kesalnya.

Di  desa ini ada 63 KK   sangat butuh listrik tenaga surya ini.  “Bagi kami ini sangat penting.  Karena selain penerangan juga membantu jika warga yang mayoritas nelayan ini bisa membuat es batu bisa dimanfaatkan untuk mengawetkan ikan nelayan,” ujar Mubin lagi.  

Kepala Dinas Pekerjaan Umum dan Permukiman Kabupaten Halmahera Selatan Ali Dano Hasan dikonfirmasi via hand phonenya Sabtu (8/1/2022) tidak menampik adanya proyek yang mangkrak tersebut. Dia  hanya mengatakan segera akan menyelesaikan proyek ini dalam waktu dekat. Dia segera menurunkan  tim untuk segera menyelesaikan proyek yang bermasalah ini.

“Saya sedang di Kayoa. Besok tim kami  menuju Pulau Laigoma  untuk penyelesaian proyek ini. Kemarin saya sudah janjikan kepala desa Laigoma Desember lalu sudah dinyalakan tetapi karena persoalan alam kurang bersahabat sehingga tertunda. Dalam waktu dekat sudah bisa digunakan karena   bulan puasa juga sudah dekat sehingga harus diselesaikan,” kilahnya.

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Galala, Identitas Kampung yang Terancam Punah

    • calendar_month Kam, 16 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 477
    • 2Komentar

    Daun Pohon Galala

  • KLHK dan Warga Tanam Mangrove di Desa Toseho Tidore Kepulauan

    • calendar_month Kam, 8 Feb 2024
    • account_circle
    • visibility 320
    • 2Komentar

    Penanaman pohon secara serentak seluruh Indonesia    dilakukan juga di Maluku Utara pada Rabu 7/2/2024). Kegiatan  Kementerian  Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) itu, dihadiri Staf Khusus Menteri LHK, Kelik Wirawan Wahyu Widodo mewakili Menteri LHK Siti Nurbaya. Hadir juga  pejabat dan pegawai  instansi di bawah KLHK, Dinas Kehutanan provinsi polisi dan TNI serta beberapa instansi pemerintah […]

  • Peringati Kemerdekaan dengan Tanam Pohon

    • calendar_month Sab, 15 Agu 2020
    • account_circle
    • visibility 172
    • 0Komentar

    Warga Buat Komitmen Jaga Alam dan Kali Bersih Beragam cara memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia  RI ke 75 17 Agustus 1945. Salah satunya dengan menanam pohon di sempadan sungai.  Sementara   warga di mana lokasi penanaman berada,  membuat  komitmen tertulis bersama dengan pemerintah desa   menjaga alam desa termasuk  kali agar airnya tetap bersih. Diinisiasi […]

  • Warga Bahalo Sagu di Festival Kampung Pulau

    • calendar_month Sel, 27 Okt 2020
    • account_circle
    • visibility 156
    • 0Komentar

    Meremas pokok sagu yang dipukul atau orang kampung menyebutnya dengan Oro untuk mendapatkan tepung sagu/foto hiar

  • Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

    Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

    • calendar_month Rab, 31 Jan 2024
    • account_circle
    • visibility 243
    • 0Komentar

    WALHI: Regulasi Abaikan Wilayah Tangkap Nelayan Tradisional   Putaran empat debat Calon Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029  telah berakhir Minggu (21/1/2024) lalu. Banyak persoalan lingkungan diungkap ketiga Cawapres  dalam debat. Sayang, tidak ada satu pun  menyinggung langsung masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Padahal  tempat tinggalnya rentan tenggelam karena kenaikan muka air laut. Perspektif para […]

  • Seriusnya Siswa SD Belajar Buat  Eco Enzyme

    • calendar_month Jum, 17 Mar 2023
    • account_circle
    • visibility 128
    • 0Komentar

    Sebanyak 30 siswa Kelas 6 SD Negeri 10 Kota Ternate didampingi Kepala sekolahnya mengunjungi Sanggar Eco Enzyme.  Kunjungan mereka ini untuk belajar   membuat larutan eco enzyme untuk mengisi praktikum. “Karena mereka akan menghadapi Ujian, praktek pembuatan Eco Enzyme  ini bagian dari ujian praktikum, ” jelas, Rohani Hutumoy Kepala Sekolah SD Negeri 10 Ternate Kamis (16/3/2023). […]

expand_less