Breaking News
light_mode
Beranda » Lingkungan Hidup » Ini Cara Bangun Kesadaran Isu Climate Change

Ini Cara Bangun Kesadaran Isu Climate Change

  • account_circle
  • calendar_month Jum, 5 Agu 2022
  • visibility 170

Pengaruhi Pengambil Kebijakan hingga Kampanye untuk Kaum Mileneal

Maluku Utara dengan ribuan pulaunya memiliki potensi sekaligus masalah. Terutama ancaman bencana perubahan iklim.

Dampak perubahan iklim sebenarnya sudah sangat serius.    Tidak hanya banjir akibat bencana hydromterologi, tetapi juga kecelakaan laut (lakalaut) yang terjadi hamper setiap saat  akibat cuaca buruk. Banjir dan lakalaut  jadi masalah yang menghiasi Maluku Utara hamper sepanjang tahun. Tak hanya korban material, puluhan nyawa ikut melayang akibat rententan  peristiwa tersebut.  

Lakalaut sepanjang 2021  sesuai data Basarnas Ternate ada 30 kejadian  dengan korban 782 orang  di mana  1  warga  meninggal  dan 14 orang hilang. Terbaru adalah peristiwa kecelakaan kapal KM Cahaya Arafah di perairan Gane Barat Halmahera Selatan dengan korban 77 penumpang di mana 66 orang selamat 10 orang meninggal dan 1 orang dinyatakan hilang. Belum lagi bencana banjir yang  kejadiannya sudah ratusan kali diberbagai tempat di Maluku Utara dengan korban harta bahkan nyawa. Itu masalah yang nyata di depan mata.

Bagaimana dengan dampak lain bagi petani dan nelayan? Pendapatan petani di Maluku Utara sangat tergantung  dengan hasil perkebunan. Ambil contoh petani cengkih, sudah tiga tahun ini mereka merana. Pasalnya, akibat dampak musim hujan dan kemarau yang tak teratur membuat cengkih juga tak berbuah. Rempah yang jaya di masa lalu ini memiliki ketergantungan dengan kondisi hujan dan panas yang harus teratur.

Kampanye soal sampah dan dampaknya bagi lingkungan di kota Ternate, foto PakaTiva

Musim panen cengkih  misalnya, dilakukan  sejak tahun 2019 lalu. Artinya sudah  tiga tahun  ini cengkih belum berbuah lagi.  Para petani cengkih di Kalaodi Pulau Tidore misalnya, mengatakan  persoalan ini lebih karena  adanya kondisi iklim tidak teratur seperti sebelumnya.  “Cengkih so tara babuah so tiga tahun ini. Bisa torang tau sandiri ini karena musim hujan dan panas yang sudah tidak lagi menentu,” komentar Samsudin Ali petani cengkih dan tokoh masyarakat Kelurahan Kalaodi Tidore Kepulauan.  

Begitu juga dengan nelayan di Ternate. Waktu menangkap ikan mereka juga sangat tergantung dengan cuaca harian. Beberapa bulan belakangan ini kondisi cuaca sangat tidak menentu sehingga memengaruhi hasil tangkapan mereka. Di  2022 ini  turun melaut sudah sangat terganggu. “Kadang istrahat hingga hamper dua minggu, karena menyesuaikan kondisi laut,”keluh Icu Jou salah satu nelayan tradisional Kelurahan Sangaji Kota Ternate Utara Ternate Maluku Utara.  

Apa yang diungkapkan  warga   Ternate dan Tidore di atas adalah setidaknya mewakili petani dan nelayan sekaligus bagian dari fakta  ancaman perubahan iklim    yang nyata dampaknya bagi kehidupan masyarakat petani dan nelayan saat ini. 

Masalah ini yang mendasari lembaga swadaya masyarakat  PakaTiva  Maluku Utara yang kemudian dalam  tiga tahun terakhir melakukan berbagai upaya mendorong isyu  perubaha iklim  menjadi perhatian semua pihak.  Apa yang dilakukan itu menyasar berbagai kelompok masyarakat   serta para pihak yang diharapkan bisa berkontribusi dalam kebijakan pembangunan yang ramah terhadap isu perubahan iklim. Aksi nyata juga menyasar kaum milineal untuk lebih concern dengan kampanye  melalui aksi- aksi.

Direktur PakaTiva Nursyahid Musa menjelaskan, wilayah pulau-pulau kecil dan pesisir laut di Timur Indonesia, terutama Maluku Utara  rentan terhadap dampak krisis iklim global. Perubahan pola cuaca ekstrem dan kenaikan suhu rata-rata dalam waktu yang cukup panjang—seperti apa yang dilaporkan Stasiun Metereologi Kelas I Sultan Baabullah Ternate per 2020—berdampak langsung terhadap sektor produktifitas masyarakat tempatan, pertanian dan perikanan. Tentu saja katanya dalam konteks  kebencanaan perlu dipikirkan secara serius   apa pendekatan strategi mitigasi adaptasi sebuah wilayah dengan karakter dan pola produksi pemukim yang hidup di pesisir dan pulau-pulau kecil.

Dia lantas membeber sejumlah masalah yang perlu dipikirkan solusinya  menyikapi problem perubahan iklim tersebut. Menurutnya, perlu dipikirkan implementasi pembangunan rendah  karbon dan ketahanan terhadap perubahan iklim melalui restorasi, pengelolaan dan pemulihan ekosistem pesisir. Rehabilitasi hutan dan lahan serta pengurangan laju deforestasi. Selain itu perlu mengubah arah pengelolaan hutan yang semula berfokus pada pengelolaan kayu ke arah pengelolaan berdasarkan ekosistem sumber daya hutan dan berbasis masyarakat yang memiliki landbase yang berkelanjutan.

Untuk pemerintah, perlu dibangn persepsi dan respon daerah atas kebijakan pengelolaan hutan berbasis masyarakat dengan memberikan akses kelola hutan kepada masyarakat yang berkeadilan dan berkelanjutan melalui perhutanan sosial dan kemitraan konservasi.

Perlu juga strategi pembangunan berkelanjutan mempertimbangkan pendekatan berbasis penyelesaian konflik yang terkait dengan kasus tenurial kehutanan, perikanan berkelanjutan, dan memberikan aset legal lahan bagi masyarakat.   “Sejauh mana proses internalisasi prinsip-prinsip daya dukung dan daya tampung  lingkungan diakomodir ke dalam penyusunan KLHS yang kemudian menjadi acuan revisi RTRW sebagai arahan spasial makro pembangunan kehutanan tahun 2011-2030 dari KLHK.  Bagaimana tindakan preventif daerah dalam konteks meminsimalisir kehilangan keanekaragaman hayati dan keruakan ekosistem melalui upaya-upaya konservasi kawasan serta perlindungan keanekaragaman hayati yang terancam punah baik di  darat maupun pesisir laut.  

Dampak serius perubahan iklim adalah ancaman terjadinya banjir ketika hujan foto Irawan D

Adakah kalkulasi skala risiko yang dihadapi ke depan ketika maraknya izin diberikan kepada industri pertambangan/smelting dalam satu kawasan berhutan di Maluku Utara. Selain itu  bagaimana strategi intervensi pengendalian emisi yang dihasilkan dari aktivitas industri padat karbon di daerah. “Ini pertanyaan -pertanyaan dalam hal kebijakan pemerintah   yang berkaitan dengan isyu perubahan iklim,” cecarnya.  

Selain ini dia juga mempertanyakan  bagaimana roadmap Kelautan dan Perikanan bagi masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil dalam konteks pembangunan berkelanjutan di daerah ini.   Berbagai persoalan kebijakan itu, dibutuhkan    penyadaran kepada berbagai kelompok masyarakat.

“PakaTiva telah melakukan beberapa kegiatan mulai dari FGD dengan pemerintah daerah terkait kebijakan pembangunan berkelanjutan di Maluku Utara, serta  kampanye membangun kesadaran  bahaya perubahan iklim yang mengancam alam dan manusia kini dan di masa depan. Kampanye itu dilakukan dengan mendatangi sekolah SMA untuk mengakampanyekan bahaya sampah plastic bagi alam. Tidak itu saja, dampaknya terhadap kondisi laut dan pulau-pulau kecil di Maluku Utara,” jelasnya.

Tidak hanya kampanye di sekolah, isu Ternate bebas sampah plastic melalui aksi  jalanan juga ikut digeber.  ”Ini semua adalah aksi nyata membangan kesadaran tentang dampak perubahan iklim bagi masyrakat,”jelasnya. (*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Cadangan Nikel Habis 6 Tahun Lagi  

    • calendar_month Rab, 8 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 268
    • 0Komentar

    Asosiasi Penambang Nikel Indonesia menuturkan bahwa cadangan bijih nikel bermutu tinggi di Indonesia, selaku negara produsen utama, mungkin akan habis dalam waktu sekitar 6 tahun.  Bijih Nikel Indonesia yang memiliki kadar tinggi sebesar 1,7% terutama digunakan untuk produksi nickel pig iron (NPI), yakni bahan baku baja tahan karat berisiko mengalami kekurangan bahan.  Adapun, bijih nikel […]

  • Bangun Desa Harus Dimulai dari Tata Ruang

    • calendar_month Rab, 2 Des 2020
    • account_circle
    • visibility 190
    • 0Komentar

    Membangun sumber sumber pangan desa. jga butuh tata ruang desa. foto mahmud ichi

  • Ekspedisi Talaga Rano Halmahera Dimulai

    • calendar_month Ming, 22 Nov 2020
    • account_circle
    • visibility 238
    • 0Komentar

    Pesan Jaga Alam, Tanam Pohon dan Peduli  Sampah     Sebuah upaya menjaga dan memperkenalkan alam untuk kaum muda dilakukan  Duta  Kreator Pecinta Alam Maluku Utara (Dekapala). Bertitel Ekspedisi Cinta Talaga Rano dan Gerakan Cinta DAS Maluku Utara, ekspedisi ini dihelat dengan beberapa agenda dan  dikerjasamakan dengan  Forum Daerah Aliran Sungai (FORDAS), Balai Pengelolaan Daerah Aliran […]

  • Cerita Anak Muda Tomolou Tidore Perangi Sampah

    • calendar_month Kam, 26 Nov 2020
    • account_circle
    • visibility 195
    • 0Komentar

    Buat Kampung  Bersih, Beri PAD Buat Kota Tikep Memasuki  kampong  Tomolou di Kota Tidore Kepulauan   dipastikan tidak akan menemukan sampah tercecer di jalanan. Begitu juga pantainya. Tidak ada lagi warga membuang sampah ke tepi pantai. Kondisi hari ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Di mana kebanyakan buang sampah ke laut dan pantai sebagaimana kebiasaan sebagian warga di Maluku […]

  • Menyaksikan Burung Tohoko dari Lembah Buku Bendera (2)

    • calendar_month Kam, 7 Mar 2024
    • account_circle
    • visibility 252
    • 1Komentar

    Seri Tulisan Menguak Kekayaan Tersembunyi Pulau  Ternate   Penulis Mahmud Ichi dan Junaidi Hanafiah Pulau Ternate berdasarkan data BPS Maluku Utara  luasnya  hanya  111,80  kilometer. Meski hanya sebuah pulau kecil dengan luasan terbatas, pulau  ini menyimpan beragam kekayaan sumberdaya hayati. Terutama jenis satwa burung. Bahkan  jenis burung endemic  juga ada di sini yakni burung Tohoko […]

  • Merekam Sunset di Oba Tengah Tikep

    • calendar_month Kam, 17 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 153
    • 1Komentar

    Momen matahari terbit dan terbenam memang menakjubkan. Apalagi, jika  berada di tepi pantai, atau puncak gunung. Tidak heran banyak orang mencoba mengabadikannya menjadi sebuah foto. Meski kelihatannya mudah, namun untuk dapat foto sunset  dan surise yang sempurna cukup sulit. Apalagi, kadang turunnya sunset cukup sulit diperhitungkan waktunya. Dibutuhkan momen yang tepat dan kesabaran menanti momentum. Memang  bukan fotografer handal, […]

expand_less