Home / Kabar Kampung

Minggu, 5 Juni 2022 - 15:19 WIT

Anak Muda Bicara Problem Pembangunan Halmahera Selatan

Puluhan anak muda dari kaum milineal,  Kamis (2/6/2022) malam  memadati ruang di  Coffe  Bilqist Jalan Usman Sadik Kota Labuha Kabupaten Halmahera Selatan. Kehadiran mereka itu, untuk mengikuti   kegiatan reses sekaligus diskusi yang dilaksanakan M Rahmi Husen salah satu anggota DPRD Provinsi Maluku Utara Daerah Pemilihan Kabupaten Halmahera Selatan. 

Kegiatan bersama yang difasilitasi pemerintah desa Labuha itu,  diawali dengan penyampian M Rahmi  Husen  terkait agenda resesnya menjaring aspirasi masyarakat. Dia mencoba menggali aspirasi kaum muda terutama mereka yang berada di Pulau Bacan dan Kota Labuha khususnya.

Suasana jalannya reses dan diskusii di Labuha Bacan

Dalam  reses dan diskusi itu,  tidak semata bicara soal anak muda melihat Halmahera Selatan dan pembangunan  yang dilaksanakan, tetapi juga menyasar beberapa persoalan serius terkait pelaksanaan pembangunan di berbagai wilayah di kabupaten Halmahera Selatan. Khsusus ibu kota Bacan  misalnya,   beberapa anak muda yang tinggal di Labuha dalam diskusi itu meminta  perhatian serius pemerintah termasuk pemerintah provinsi Maluku Utara soal kondisi kota Labuha dengan berbagai problemnya. Terutama menyangkut penataan kota tua Labuha yang dirasakan sangat mnim perhatian. Terutama drainase kota Labuha dianggap paling bermasalah.  Maskur salah satu peserta reses  dan diskusi menyoal  penataan wilayah kota Labuha  yang sebenarnya jarang menjadi konsen  terutama   pemerintah kabupaten dan provinsi. Padahal katanya untuk memikirkan kota ini  50 tahun hiingga 100 tahun  ke depan maka  mestinya diberikan perhatian serius.

Dia contohkan, kontur kota Labuha yang datar sementara permukaan air laut lebih tinggi dari daratan, menjadi sebuah persoalan serius yang butuh solusi. Ini Jadi masalah serius karena air drainase kota tidak bisa dibuang keluar. Jika kondisi kota ini penduduknya makin bertambah sementara drainase kota tidak bisa dibuat sebaik  mungkin, akan  menunggu  datangnya bencana. Baik penyakit maupun ancaman banjir. Labuha ini kota tua mau dikembangkan atau dibiarkan saja  dan dibangun kota baru di wilayah lain di Pulau Bacan perlu ada solusinya,” katanya.  Menurut dia  dalam hal membangun kota itu ada   dokumen Rencana Tata Ruang Wilayah  Kota Labuha, ini masuk kajian atau tidak. Karena itu dia meminta anggota DPRD Provinsi Malut itu ikut membantu menyampaikan kepada pemerintah provinsi  terutama dalam  hal mengkaji  RTRW  yang ada. Apalagi ada RTRW provinsi  perlu diperhatikan juga pembangunan di Kota Labuha ini.

Baca Juga  Bacarita Pangan Lokal Maluku Utara

Apa yang disampaikan ini menurut Rahmi memang menjadi persoalan pelik. Dia contohkan saat ini di Kota Labuha Bacan sedang dilakukan reklmasi kawasan pantai desa Labuha untuk membangun center point. Pertanyaannya apakah di dalam dokumen RTRW memperbolekan atau tidak. Yang kedua Rahmi mempertanyakan urgensi dari reklamasi yang dikerjakan itu, karena kalau bicara lahan,  Bacan tidak kekurangan dan terbatas lahan seperti Ternate. Karena itu menururtnya membangun kota Labuha ini juga harus tetap mengacu dokumen perencanaan terutama RTRW dokumen lainya.

Soal keluhan dokumen perencanaan kota Labuha ini menurutnya perlu segera dikoordnasikan dengan DPRD dan Pemerintah Kabupaten Halmahera Selatan.  

Dalam reses ini para anak muda  itu tidak hanya menyoroti masalah kota Labuha. Ada juga dari mereka meminta DPRD memperjuangkan pembangunan di beberapa pulau di Halmahera Selatan seperti  Pulau Obi dan daratan Pulau Halmahera bagian selatan  “Saat ini  yang jadi penantian panjang masyarakat Obi adalah pembangunan jalan lingkar pulau Obi.  Selain itu masalah lain adalah penerangan listrik. Jaringan listriknya  dibangun sudah hamper empat tahun tapi sampai saat ini belum juga dinyalakan karena belum  ada mesinnya,” kata Felista Kokiroba salah satu peserta kegiatan reses dan diskusi.

Karena persoalan ini menjadi kewenangan provinsi maka dia meminta  perlu diperjuangkan agar  masyarakat yang ada di Obi juga bisa merasakan dampak dari pembangunan infrastruktur dari pemerintah. “Ini persoalan paling urgen pak dewan,  jadi mohon masalah ini juga perlu segera direalisasikan di pulau Obi,” katanya.  Keluhan yang sama juga disampaikan salah satu perwakilan pemuda dari Gane Barat  Halmahera Selatan yang turut hadir dalam reses dan diskusi bersama anggota DPRD Malut tersebut.

Baca Juga  Mengunjungi Mayau, Pulau Terluar Kota Ternate (1)
Penerangan listrik masih jadi problem serius di berbagai tempat di Halmahera Selatan

Zulkifli yang mengaku berasal dari wilayah Gane Barat itu mengatakan, jalan provinsi yang menghubungkan Gane Barat Utara ke Gane Barat Selatan sampai saat ini belum bisa dirasakn masyarakat dampaknya di sana secara keselurhan.  Sampai saat ini jalan dari Saketa  baru  dalam bentuk jalan tanah,  baru dibangun sampai di desa Balitata. Yang jadi soal jalan tanah  ini rusak parah. Sementara  tetap dimanfaatkan. Termasuk anak anak sekolah yang semuanya menempuh pendidikan di  Saketa   ibukota kecamatan.  “Kalau musim hujan jalan tanahnya  berbecek sehingga anak anak sekolah beberapa kampong di kawasan ini tidak bisa sekolah. Jalannya   rusak parah. Hal ini butuh perhatian dari Pemerintah provinsi karena merupakan jalan provinsi,” cecarnya.        

Ada banyak masalah yang disuarakan para anak muda ini  yang datang mewakili beberapa tempat di Halmahera Selatan.

M Rahmi Husen saat memberi tanggapan pertanyaan dari para peserta reses

M Rahmi Husen kesempatan itu menyampaikan terima kasih atas semua masukan terkait berbagai problem pembangunan di Halmahera Selatan tersebut. Sebagai perwakilan dari Halmahera Selatan di DPRD, akan bersama rekan rekan lainnya  dari Dapil yang sama,  akam memperjuangkan berbagai problem pembangunan yang saat ini  dirasakan masyarakat tersebut. “Soal jalan, listrik dan masalah pembangunan lainya adalah kebutuhan yang urgen  yang perlu diberikan perhatian serius,”katanya. Dia menyebutkan semua problem pembangunan ini akan dicatat kemudian dilihat yang mana yang paling urgen untuk diperjuangkan. Apalagi keterbatasan anggaran daerah menjadi sebuah masalah yang juga perlu dipahami. Apalagi semua anggaran itu dibutuhkan di 10 kabupaten/ kota di Maluku Utara. (*)    

Share :

Baca Juga

Kabar Kampung

Ini Cara Ibu- ibu Halmahera Selatan Belajar Ilmu Bertani

Kabar Kampung

Ini Masalah Warga Pulau Kecil di Halmahera Selatan  

Kabar Kampung

Safri Bubu, Pahlawan Konservasi Mamua dari Galela Halmahera

Kabar Kampung

“Oji” Si Yakis Bacan akan Dikembalikan ke Alam Liar

Kabar Kampung

Kelompok Tani Hutan di Tidore Kembangkan Minyak Kelapa

Kabar Kampung

75 Tahun Warga Gane Belum “Merdeka”

Kabar Kampung

Bangun Desa Harus Dimulai dari Tata Ruang
Pantai Pulau Pagama yang masuk dalam kawasan konservasi kepulauan Sula

Kabar Kampung

KKP Kepulauan Sula Kaya Potensi Belum Terkelola Baik