Breaking News
light_mode
Beranda » Serba-serbi » Ini Kajian AEER Soal Rencana HPAL Obi dan Morowali

Ini Kajian AEER Soal Rencana HPAL Obi dan Morowali

  • account_circle
  • calendar_month Kam, 4 Feb 2021
  • visibility 263

Salah satu metode peleburan nikel laterit adalah dengan proses hidrometalurgi, high pressure acid leaching (HPAL). HPAL dipilih banyak produsen nikel baterai di Indonesia saat ini karena menghasilkan limbah olahan berbentuk lumpur (tailing). Di Indonesia, ada tiga proyek HPAL dibangun di Morowali, Sulawesi Tengah dan Obi, Maluku Utara.

Rencana ini mendapat sorotan  lembaga  yang concern mengawal isu pertambangan dan ekologi bernama Perkumpukan Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER).   Melalui rilis yang dikeluarkan Kamis (4/1/2020) dan diterima kabarpulaua.co.id, menyatakan bahwa, pengolahan nikel dengan metode ini  menjadi salah satu model pembuangan tailing terbesar di dunia.

“Proyek HPAL di Morowali dan Obi ini hendak membuang tailing ke laut dalam dengan alasan aktivitas seismik dan curah hujan tinggi. Sebanyak 25,6 juta ton tailing direncanakan buang ke laut Morowali oleh empat lini HPAL di kedalaman 250 meter. Keadaan ini akan jadi salah satu praktik pembuangan tailing terbesar di dunia,” ujar  Pius Ginting, Koordinator Perkumpulan AEER.

Dia bilang di Obi, tailing yang akan dibuang ke laut mencapai 6 juta ton per tahun pada kedalaman 230 meter. Sementara kandungan logam dan sisa pengolahan dalam tailing berpotensi masuk ke rantai makanan, terakumulasi dan mengancam kesehatan manusia.

Kawasan pabrik pengolahan nikel di Kawasi/foto Ata Fatah

Bagi Pius, Morowali dan Obi berada di wilayah coral triangle yang memiliki biodiversitas laut tertinggi di dunia, termasuk terumbu karang, lamun, dan mangrove. Hal ini  akan menjadi ancaman serius.  Sekira 710 hektar terumbu karang diperkirakan hidup di perairan Bahodopi. Sementara di Obi, berdasarkan Rencana Zonasi Wilayah Perairan dan Pulau- Pulau Kecil (RZWP3K) Maluku Utara, rute migrasi lumba-lumba dan penyu terletak tidak jauh dari lokasi rencana pembuangan tailing. Fenomena upwelling yang memungkinkan tailing terangkat ke permukaan laut juga terindikasi di perairan barat Obi. Berdasarkan RZWP3K Sulawesi Tengah dan Maluku Utara, perairan Morowali dan Obi juga tergolong zona perikanan tangkap.  

Standar Lingkungan Global Terbaik Perlu Diterapkan

Menurut Pius, dalam produksi nikel baterai kendaraan listrik produk komponen baterai berbasis nikel Indonesia akan berperan penting dalam rantai suplai global kendaraan listrik. Setidaknya, ada 9 pabrik dengan 40% penjualan kendaraan listrik gobal berpeluang memperoleh pasokan baterai di Indonesia. Meski kendaraan listrik dinilai ramah lingkungan, pertambagan nikel yang menjadi salah satu komponen baterai berpotensi akan merusak lingkungan jika dilakukan eksploitasi secara besar-besaran. “Kendaraan listrik sebenarnya akan lebih rendah emisi, namun perlu kebijakan dalam penggunaannya. Perlu pembatasan dalam eksploitasnya sehingga limbahnya seperti tailing dapat dikelola dengan baik tanpa membuat ke laut. Juga penghindaran energi non fosil khususnya batubara perlu dikedepankan agar produk nikel bateri Indonesia berkontribusi dalam pencapaian netral karbon global dan nasional,” ujar Pius Ginting  

Pasalnya, jika kebutuhan nikel ini untuk pemenuhan transportasi pribadi, maka kebutuhannya akan sangat tinggi. Pius mengatakan pihakya mendukung untuk pengembangan kendaraan listrik tapi tidak merusak lingkungan. Perlu adanya pengembangan untuk kendaraan publik, sehingga terjadi perubahan budaya konsumsinya. International Energy Agency memprediksi permintaan tahunan komoditas nikel kelas 1 tahun 2030 mencapai 925 kilo ton per tahun berdasarkan stated policies scenario dan 1.900 kilo ton per tahun berdasarkan sustainable scenario. Indonesia merupakan negara dengan cadangan nikel terbesar dunia, yakni 23,7% dari total cadangan dunia. Tiga daerah dengan kandungan nikel terbesar, yakni Sulawesi Tenggara (32%), Maluku Utara (27%), dan Sulawesi   Tengah (26%).

Indonesia, kata Pius, memiliki deposit nikel di Indonesia berjenis laterit dengan kadar nikel yang lebih rendah dibanding nikel sulfida. Cadangan nikel dunia saat ini terdiri dari 60% nikel laterit dan 40% nikel sulfida. Sementara itu, baterai berbasis nikel membutuhkan kemurnian tinggi sehingga pengolahan nikel laterit lebih sulit daripada sulfida. Proses peleburan (smelting) dan pemurnian (refining) membutuhkan energi yang lebih banyak serta teknologi yang lebih mahal. Salah satu metode peleburan nikel laterit adalah proses hidrometalurgi, high pressure acid leaching (HPAL), yang dipilih banyak produsen nikel baterai di Indonesia saat ini.

Praktek pembuangan tailing ke laut tidak diperkenankan di banyak negara, termasuk Tiongkok negeri asal investasi nikel batere menyetujui pelarangan praktik pembuangan tailing ke laut pada Kongres International Union for Conservation of Nature 2016. Stated policies scenario mempertimbangkan efek kebijakan terkait dari pemerintah serta target yang dicanangkan pemerintah/industri, yang telah ada/diumumkan sekarang. Sementara sustainable development scenario dibangun berdasarkan Kampanye EV30@30 yang diikuti 11 negara untuk mencapai 30% market share semua moda kendaraan listrik di tahun 2030, guna memenuhi tujuan Paris Agreement.  

Aksi bersih pantai Kawasi dari sampah foto Ata Fatah

Praktik pembuangan tailing ke laut juga akan berdampak buruk pada masyarakat lokal yang bekerja sebagai nelayan. “Peralihan penggunaan kendaraan berbahan bakar fosil ke kendaraan listrik tak terhindarkan. Namun, produksi kendaraan listrik dari hulu ke hilir tetap harus bersih, memenuhi standar lingkungan global yang terbaik, dan menyejahterakan masyarakat sekitar, tanpa terkecuali. Tanpa itu, ketidakadilan kian mendalam bagi ekologi rakyat lokal yang berkontribusi kecil bagi emisi gas rumah kaca,” ujarnya.

Kegiatan pertambangan nikel yang telah berlangsung sampai saat ini di Morowali dan Weda pun terindikasi melampaui daya dukung lingkungan. Hal ini terlihat dari banjir yang melanda kedua daerah tersebut dengan bahaya dan frekuensi yang bertambah. Pasalnya nikel Indonesia banyak terdapat di lapisan permukaan Bumi, sehingga pertambangan terbuka pasti memangkas tutupan hutan. Produksi yang kotor juga mempersulit serapan nikel baterai Indonesia di pasar global. Produsen baterai dan kendaraan listrik lebih sensitif pada isu lingkungan, terlihat dari pembentukan aliansi perusahaan untuk memastikan kebersihan rantai suplai dari hulu ke hilir kendaraan listrik.

“Tanpa produksi nikel yang bersih, kita hanya akan mengulang pola serupa yang memicu krisis iklim hari ini, yaitu eksploitasi berlebih sumber daya alam di negara berkembang untuk memenuhi pola konsumsi di negara lebih maju,” katanya.

AEER berharap penelitian ini menjadi pertimbangan bagi pengampu kebijakan dan investor dalam merumuskan hilirisasi industri baterai berbasis nikel untuk kendaraan listrik di Indonesia sembari tetap memperhatikan standar keberlanjutan lingkungan dan hak-hak masyarakat lokal. (*)  

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Saatnya Pariwisata Malut Genjot Wisatawan Domestik

    • calendar_month Sel, 19 Jan 2021
    • account_circle
    • visibility 182
    • 0Komentar

    Talaga Rano Halbar salah satu destinasi wisata alam di Maluku Utara

  • KPK Ingatkan Kepala Daerah di Malut Tak Korupsi

    • calendar_month Rab, 10 Nov 2021
    • account_circle
    • visibility 143
    • 1Komentar

    Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Alexander Marwata mengingatkan  seluruh kepala daerah Gubernur dan Bupati serta Wali Kota di Maluku Utara (Malut) untuk  memelihara integritas dan nama baik selama maupun setelah menjabat. Menurut Alex, nama baik dan kebanggaan dalam memelihara integritas akan abadi lintas generasi. Demikian disampaikan Alex dalam Rapat Pemberantasan Korupsi Terintegrasi di Provinsi […]

  • Maluku Utara Masuk Wilayah Ancaman La Nina

    • calendar_month Rab, 14 Okt 2020
    • account_circle
    • visibility 178
    • 0Komentar

    Desember- Januari  Curah Hujan Tinggi, Perlu Antisipasi Pemda Hingga akhir September 2020, pemantauan terhadap anomali iklim global di Samudera Pasifik Ekuator menunjukkan bahwa anomali iklim La-Nina sedang berkembang. Indeks ENSO (El Nino-Southern Oscillation) menunjukkan suhu permukaan laut di wilayah Pasifik tengah dan timur dalam kondisi dingin selama enam dasarian terakhir dengan nilai anomali telah melewati […]

  • Nasib Reptil di Hutan dan Pulau di Maluku Utara 

    • calendar_month Jum, 24 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 563
    • 0Komentar

    Terus Diburu, Rawan Diselundupkan   Masa depan berbagai jenis reptile di hutan Halmahera dan pulau pulau lainya di Maluku Utara akan terus terancam. Terutama untuk jenis reptil yang memiliki harga jual tinggi. Sebut saja jenis kadal, biawak ular bahkan kura kura darat. Berulangkali jenis hewan   ini diamankan petugas karena dijual ke luar daerah dan diamankan […]

  • Indonesia Mencari Pemimpin Pro Lingkungan

    • calendar_month Jum, 27 Okt 2023
    • account_circle
    • visibility 182
    • 1Komentar

    Kepastian capres dan cawapres yang akan bertanding di pilpres 2024 memunculkan satu pertanyaan penting. Apakah para kontestan memiliki kepedulian tinggi terhadap masalah lingkungan? Krisis iklim yang sedang terjadi dan menjadi permasalahan semua negara termasuk Indonesia membutuhkan komitmen besama untuk menanganinya. Indonesia juga sudah berkomitmen untuk menahan laju pemanasan global, dengan mengedepankan pembangunan rendah karbon yang […]

  • Di Mare akan Dikembangkan Jambu Mente

    • calendar_month Kam, 8 Nov 2018
    • account_circle
    • visibility 214
    • 0Komentar

    Pulau Mare Tidore Kepulauan  yang  menjadi pusat gerabah di Maluku Utara,   segera dikembangkan menjadi pusat produksi jambu mente di  Maluku Utara. Pihak Kantor Kesatuan Pengelolaan Hutan (KPH) Ternate- Tidore    berencana mengembangkan lahan hutan lindung  di  Pulau Mare ini dengan tanaman jambu mente.  Data  Kesatuan Pengelolaan   Hutan (KPH) Ternate-Tidore  menunjukan dari luas hutan lindung Pulau Mare […]

expand_less