Home / Lingkungan Hidup

Jumat, 10 Februari 2023 - 09:26 WIT

7 Tahun Gerakkan Panen Air Hujan, Dapat Kalpataru

Zulkifli Terus Berjuang Hadirkan Regulasi Optimalkan Air Hujan

Sumringah bercampur haru  ketika  dirinya   ada bersama 10 orang penerima penganugerahan KALPATARU (pohon kehidupan, red) tahun 2022.  Dia  juga tak menyangka bisa berdiri bersama orang-orang hebat yang selama ini berjuang menyelamatkan alam bagi kelangsungan  hidup manusia.

Dalam penganugerahan waktu itu, selain Kalpataru ada juga penyerahan penghargaan NIRWASITA TANTRA Tahun 2021 kepada 42 kepala daerah oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Rabu 20 Juli 2022 tahun lalu.

Dari penerima itu satu di antaranya adalah  Zulkfli, SE  PNS  di Kota Ternate Maluku Utara, yang selama ini  membangun   gerakan panen air hujan di Pulau Ternate dan beberapa pulau lain di Maluku Utara.  

Penganugerahan yang diserahkan Wakil Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Alue Dohong  ini merupakan wujud apresiasi pemerintah kepada para  pejuang lingkungan serta kepala daerah yang telah menjadi ujung tombak dalam upaya pemulihan dan pengelolaan lingkungan hidup dan kehutanan di Indonesia.

Penghargaan  ini  secara rutin diberikan KLHK,  kepada mereka yang telah terbukti memiliki kepedulian, komitmen, prakarsa, inovasi, motivasi, dan kreativitas secara berkelanjutan, sehingga berdampak positif terhadap ekonomi, sosial dan lingkungan.

Bagi  Zulkifli  penghargaan ini merupakan motivasi untuk terus berbuat yang terbaik bagi lingkungan terutama   memanfaatkan rahmat tuhan yang jatuh ke bumi  dalam bentuk  air hujan  ini, agar bisa bermanfaat   bagi manusia di  tengah ancaman krisis  air di pulau kecil.

Soal anugerah Kalpataru yang diterimanya itu,  belum lama ini Zulkifli kepada   bercerita,  bahwa dia  tidak menyangka bisa terpilih sebagai salah satu nominator,   dari beberapa kategori  yang telah melalui seleksi dan verifikasi dari KLHK,  hingga  bisa  dapatkan penghargaan tersebut.

Zulkifli yang menerima anugerah Kalpataru  dalam ketagori pengabdi itu bilang, awalnya dia dihubungi pemerintah  provinsi melalui  Dinas Lingkungan Hidup yang menyampaikan bahwa diikutsertakan dalam nominasi penerima Kalpataru, setelah gerakan yang dilakukannya selama 7 tahun   dalam   program   Gerakan Menabung dan Memanen Air Hujan KecamatanTernate Utara (Gemma Camtara).  

Dia menjelaskan proses dirinya masuk nominasi setelah penetapan tahapan verifikasi/validasi virtual pada  20  dan 21 April 2022 kepada 20 nominator penerima  Penghargaan Kalpataru 2022  dan pengusulnya. Setelah tahapan ini, dilanjutkan dengan verifikasi/validasi lapangan kepada 12 nominator. Salah satunya  adalah dirinya  yang merupakan perwakilan Provinsi Maluku Utara  asal Kota Ternate.  12 nominator itu  terdiri dari 4 orang nominator kategori Perintis Lingkungan, 2 orang nominator kategori Pengabdi Lingkungan, 4 orang nominator kategori Penyelamat Lingkungan, dan 2 orang nominator kategori Pembina Lingkungan.

Verifikasi/validasi lapangan ini bertujuan untuk mempertajam analisa tentang jenis kegiatan, lokasi dan dampak kegiatan nominator. Verifikasi/validasi lapangan  dilakukan di daerah nominator   11 sampai  21 Mei 2022 lalu. Dalam  verifikasi/validasi tersebut  tim  menggali data dan informasi seluas-luasnya kepada pihak-pihak yang berkaitan langsung maupun tidak langsung terutama  program Gemma Camtara (Gerakan Menabung dan Memanen Air Hujan KecamatanTernate Utara)  dibuat Zulkifli yang sebelumnya menjadi  camat di Kecamatan Ternate Utara Kota.

Baca Juga  Pulau-pulau Makin Terancam Sampah Plastik

Dari 12 orang kemudian ditetapkan 10 orang menjadi penerima penghrgaan Kalpataru di mana salah satu diantaranya adalah Zulkifli.  “Saya masuk nominator pengabdi karena latarbelakang saya sebagai seorang ASN,” jelasnya. Penghargaan  untuk kategori pengabdi lingkungan  diberikan  kepada Dodi Permana 36 tahun, seorang anggota POLRI berpangkat Aipda yang juga pelopor berdirinya Bank Sampah DP Partner,   serta Zulkifli 46 tahun, warga kelurahan Tobeleu, kota Ternate Utara, seorang Pegawai Negeri Sipil yang berhasil mengatasi krisis air bersih di Ternate. 

Lalu sejak kapan Zulkifli membuat gerakan ini hingga diberi  anugerah Kalpataru?

Zulkifli sendiri, sudah sekitar tujuh tahun berusaha membangun penyadaran sekaligus menggandeng berbagai pihak di Ternate memanfaatkan air hujan. Tak sekadar buat konsumsi tetapi juga mengembalikan ke tanah. Gerakan “sedekah” air hujan ke banyak kalangan ini konsisten dikampanyekan. Aksinya tak hanya menyentuh masyarakat umum, tetapi mengajak pemerintah, pengusaha dan elemen masyarakat lain bersama memanfaatkan potensi alam yang datang setiap saat ini.  Gerakan ini dimulai 2015 dan dinamai “Gerakan Memanen dan Menabung Air Hujan Kecamatan Ternate Utara”  atau (Gemma Camrata).

“Yang dimaksud gerakan sedekah itu bukan airnya. Tetapi menggugah para pihak turut serta bersedekah atau mendonasikan kelebihan dana untuk membangun sarana instalasi pemanfaatan air hujan yang bisa dibangun di berbagai fasilitas umum dan orang  tidak mampu,” katanya. 

Kesibukannya  sebagai ASN  tak membatasi dia   lakukan kegiatan lain yang bermanfaat bagi masyarakat ini.  “Saya lakukan ini saat  jadi Camat Ternate Utara 2015. Waktu itu muncul persoalan   krisis air  yang dialami salah satu mata air di Kota Ternate yakni  Ake Gaale di  Kelurahan Sangaji Kota Ternate Utara. Mata air ini tak hanya berkurang, tetapi  alami intrusi air laut. Padahal   dia menjadi  satu-satunya  sumber air tanah di Ternate Utara yang diambil PDAM untuk  warga Ternate.

Melalui berbagai pertemuan yang diikutinya untuk mengatasi masalah air ini,  dia berkesimpulan  air tanah itu sumber daya alam yang tak bisa tersedia terus menerus bahkan  habis  jika dieksploitasi berlebihan. Karena itu didorong membangun sumur resapan.  Kemudian cari anggaran kelurahan untuk pembuatan sumur resapan. Akhirnya, pada 2015 itu setiap kelurahan bangun satu sumur resapan. Ada 14 kelurahan.

Setahun berikutnya, ada usulan ke kelurahan melalui dana pembangunan kelurahan untuk membangun lobang biopori. Alokasinya. sama di tiap kelurahan dibuat puluhan titik biopori menyebar supaya masyarakat atau lembaga lain tahu.

Ternyata, gerakan ini juga belum terlalu berefek dalam pemulihan air tanah.

Dukungan mulai muncul ketika di akhir 2016, ada tim sekolah vokasi Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada (UGM ) datang ke Ternate yang dipimpin Profesor Agus Maryono mau membuat instalasi pemanfaatan air hujan (IPAH).  Bertepatan juga mereka membangun IPAH di sekolah sekolah, antara lain, SMA Negeri 4 Kota Ternate Utara.  

Dari kegiatan tersebut  baru tahu IPAH ini sangat bagus karena tak hanya menampung air hujan dengan penyaringan sekaligus punya sumur resapan.

Baca Juga  NGO Soroti Peluncuran Investasi JETP yang Tertunda

Melalui  pertemuan  wali kota  dengan  tim UGM dan bertemu lurah, camat dan Kepala SKPD untuk sosialisasi dan simulasi cara membuat IPAH itulah gerakan ini mulai berjalan. Gerakan ini diadopsi untuk panen air hujan di Ternate. Panen air hujan ini mulai awal 2017 dengan tetap diusulkan menggunakan dana kelurahan.  Untuk  buat jaringan IPAH ini  Zulkifli juga awam namun dia berusaha belajar melalui berbagai media secara otodidak melalui konten YouTube maupun berselancar di internet, bahkan berusaha mengontak tim UGM meminta materi.

Akhirnya, bisa membuat satu IPAH di rumah warga kurang mampu dan musholah. Dari satu, kemudian jadi modal meminta dukungan berbagai pihak untuk donasi membangun IPAH dengan sumur resapannya.

“Melalui promosi Sedekah Air Hujan itu ada yang berdonasi untuk pembangunan IPAH. Mereka tertarik berarti mendonasikan dana untuk pembuatannya. Kami lalu minta juga dukungan BUMN, perbankan maupun perusahaan swasta mendonasikan dananya,” katanya. Gerakan yang sama  kemudian berkembang ke pulau  Hiri, dan Moti. Di pulau kecil ini, dari 40 sumur dibangun hanya 20 yang airnya bisa dikonsumsi.  

“Gerakan ini sangat membantu mengurangi beban penggunaan air tanah. Kelebihan lain, saat hujan air akan masuk kembali ke tanah melalui sumur resapan yang dibangun,” jelasnya.

Gerakan penyadaran ini tak berhenti. Zulkifli terus kampanye dan sosialisasi IPAH hingga kini. Dia pun diundang ke berbagai forum untuk berbagi pengalaman menginisiasi gerakan sedekah air hujan baik lokal maupun nasional.

Meski sudah mendapatkan penghargaan tertinggi di bidang lingkungan dari pemerintah, Zulkifli bilang ada satu hal yang masih akan terus diperjuangkan yakni mendorong regulasi  di daerah baik pemerintah kota maupun provinsi lebih mengoptimalkan lagi  upaya  pengelolaan dan panen air hujan. Regulasi itu menjadi kunci mendorong konservasi  air  serta pembuatan sumur resapan.  Bisa dalam bentuk Perda atau peraturan wali kota yang mengikat kantor dan instansi wajib membangun IPAH di kantor masing masing.”

“Regulasi jadi  dasar siapapun melakukan konservasi air tanah, terutama di daerah yang sulit air di pulau-pulau kecil ini.”jelasnya.

Sementara terkait peran para penerima penghargaan,  pemerintah melalui Wakil Menteri KLHK dalam rilis resminya kepada media mengharapkan mereka   jadi contoh, inspirasi, dan pemicu yang mendorong inisiatif dan partisipasi individu atau kelompok masyarakat  lainnya secara lebih luas

Dia menekankan agar para penerima Penghargaan Kalpataru dan Nirwasita Tantra amanah untuk terus menjaga kelestarian dan keberlanjutan lingkungan hidup dan kehutanan di bumi yang hanya satu ini, demi generasi mendatang.

Kiprah para pemimpin dan pahlawan lingkungan ini, melalui Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga mengajak partisipasi dan kepedulian semua pihak terutama generasi muda berbuat lebih nyata melestarikan lingkungan hidup  dan kehutanan demi terwujudnya bumi yang bersih dan hijau.(*)

#Semakin Tahu Indonesia

Share :

Baca Juga

Lingkungan Hidup

Ini Cara Bangun Kesadaran Isu Climate Change

LAUT dan Pesisir

Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

Lingkungan Hidup

Akademisi: Ancaman Ekosistem Halmahera Serius

Lingkungan Hidup

Krisis Iklim Berdampak Serius bagi Anak Indonesia

Lingkungan Hidup

KLHK Sosialisasikan FOLU Net Sink 2030 di Maluku Utara

Lingkungan Hidup

Perkici dada-merah Sangat Terancam

Kabar Malut

Aksi Lingkungan, Masyarakat Bisa Akses Dana 2 Ribu hingga 50 Ribu Dolar

Lingkungan Hidup

Ini Potensi Keanekaragaman Hayati Tiga TWP di Malut (1)