Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kota Pulau » Aksi Hari Tani, Desak Wujudkan Reforma Agraria

Aksi Hari Tani, Desak Wujudkan Reforma Agraria

  • account_circle
  • calendar_month Sel, 26 Sep 2023
  • visibility 174

Peringatan Hari Tani yang diperingati setiap  24 September  diperingati juga oleh Wahana Lingkungan Hidup (WALHI) Maluku Utara bersama sejumlah organisasi gerakan mahasiswa  di Maluku Utara. Perayaan Hari Tani 2023 yang bertepatan dengan 63 tahun kelahiran UU Nomor 5/1960 tentang Undang–undang pokok Agraria (UUPA) itu, para aktivis turut menyuarakan  berbagai ketimpangan terkait persoalan agraria di daerah ini. Ratusan massa ini dalam aksinya melakukan long march  di pusat kota Ternate  serta membawa spanduk dan pamflt yang  mengkritisi berbagai kebijakan pemerintah yang selama ini tidak berpihak kepada kelompok termarjinalkan terutama kaum tani.

Mereka menilai Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Badan Perencanaan Pembangunan di daerah (Bappeda) telah gagal dalam memilih model pembangunan, yang seharusnya mengantarkan warga Maluku utara pada kesejahteraan.  Yang ada itu  model pembangunan kapitalistik.  Pemerintah daerah telah mengantarkan rakyat Maluku utara pada jeratan krisis lingkungan .

“Maluku Utara  saat ini dikepung, izin usaha pertambangan mineral logam dan bukan logam, IUPHHK- HA dan IUP HHK-HT, juga perusahan Sawit. Izin izin yang ada bahkan ada yang tumpang  tindih,”teriak Andi salah satu orator aksi.    

Maluku utara yang berhadapan  langsung antara laut Maluku dengan samudera pasifik, yang keseluruhannya merupakan gugusan kepulauan, dengan rasio perairan dan daratan 31.982,50 km2 (21,94%)  dan wilayah perairan 113. 818,60 km2 (78,06%).  Hal ini menunjukan jelas bahwa Maluku utara adalah wilayah pesisir dan pulau-pulau kecil.  Meski begitu negara saat ini memuluskan pengambil lahan rakyat, dimulai dengan pengesahan UU Cipta Kerja/Cilaka, yang melegalkan pelepasan kawasan hutan, serta melalui penetapan proyek strategi nasional, serta pengadaan tanah atas nama infrastruktur.

“Momentum ini harusnya mengembalikan spirit keadilan agraria,  tetapi hingga kini, perampasan tanah, penggusuran, bahkan intimidasi  dan  kriminalisasi rakyat, masih rentan  terjadi. Misalnya di kabupaten, Halmahera Selatan, Halmahera Tengah, Halmahera Timur, Taliabu dan Sula. Bahkan di  dua kabupaten yang ditetapkan sebagai PSN dan objek vital Negara kejadiannya berulangkali.

Hasil investigasi lapangan WALHI Malut, sejauh ini perubahan fungsi hutan dan lahan di atas kawasan pulau – pulau kecil yang kaya akan komoditas local rentan konflik. Bagi WALHI Maluku Utara, logika pembangunan seperti ini justru melumpuhkan keberlanjutan sektor-sektor produktif masyarakat tempatan,” kata   Pengkampanye WALHI Maluku Utara  Irsandi Hidayat

Dia bilang   secara keseluruhan aktivitas indsutri  ekstraktif di daerah ini mengancam ketersediaan pangan di unit-unit ekosistem sekaligus menciptakan konflik tenurial nyata yang merugikan masyarakat lokal dan negara.

Dia mengimbau Pemerintah daerah mempertimbangkan ruang produktif masyarakat sekitar konsesi investasi berbasis lahan, dan menunjang tata kelola berbasis hutan, kebun pala, kelapa, cengkeh, dan nelayan masih menjadi sector andalan bagi warga Maluku utara secara keseluruhan. Dalam aksi itu mereka juga membagikan  selebaran dan pernyataan sikap  yang mendesak para pihak  menghentikan represi terhadap petani. Pemerintah perlu mewujudkan reforma agrarian sejati, menaikan harga komoditi local.    

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Warga Bahalo Sagu di Festival Kampung Pulau

    • calendar_month Sel, 27 Okt 2020
    • account_circle
    • visibility 157
    • 0Komentar

    Meremas pokok sagu yang dipukul atau orang kampung menyebutnya dengan Oro untuk mendapatkan tepung sagu/foto hiar

  • Pulau Mitita Surganya Hiu Sirip Hitam

    • calendar_month Sen, 1 Nov 2021
    • account_circle
    • visibility 263
    • 1Komentar

    Kabupaten Pulau Morotai memiliki 33 pulau kecil yang mengelilinginya. Pulau yang tidak berpenghuni berjumlah 26  dan yang berpenghuni   7 pulau. Pulau  yang berpenghuni adalah pulau Morotai (main island), pulau Kolorai, pulau Ngele-ngele kecil, pulau Ngele-ngele besar pulau Golo-golo, pulau Rao, dan pulau Saminyamau. Tahun 2014, Presiden Jokowi menetapkan Pulau Morotai Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Pariwisata […]

  • Fragmentasi Habitat, Burung di Pulau Ternate Terancam

    • calendar_month Ming, 13 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 233
    • 2Komentar

    Burung Srigunting lencana

  • Warga Adat Sawai Halteng, Perda MA vs Omnibuslaw

    • calendar_month Kam, 28 Jan 2021
    • account_circle
    • visibility 464
    • 0Komentar

    Hernemus Takuling saat ditemui di rumahnya di Lelilef Sawai

  • Kondisi Bumi Kian Mengkhawatirkan

    • calendar_month Kam, 23 Mar 2023
    • account_circle
    • visibility 191
    • 2Komentar

    Bencana Akibat Perubahan Iklim Makin Mangancam Bumi Rabu 23 Maret 2023 hari ini bertepatan dengan Peringatan Hari Meteorologi Dunia (HMD) ke-73. Sebagai informasi, peringatan HMD yang jatuh pada 23 Maret merupakan tanggal yang mengacu pada konvensi meteorologi 23 maret 1950. Konvensi tersebut merupakan rangkaian panjang dari berdirinya badan cuaca di bawah Perserikatan Bangsa-bangsa, yaitu Organisasi […]

  • Ini Cara Antisipasi Stok Pangan Saat Pandemi

    Ini Cara Antisipasi Stok Pangan Saat Pandemi

    • calendar_month Rab, 17 Jun 2020
    • account_circle
    • visibility 141
    • 0Komentar

    Hasil kajian yang dilakukan  pemerintah provinsi Maluku Utara melalui  dokumen Food Security  and  Vurnerability  Atlas (FVSA), atau peta keamanan dan kerentanan pangan di Maluku Utara, menunjukan ada sejumlah sangat rawan pangan. Dasarnya  daerah daerah itu tidak mampu memproduksi  pangan  sendiri tetapi mengharapkan pasokan dari luar. Kabupaten  Kepulauan Sula dan Taliabu serta Tidore Kepulauan atau 23 kecamatan di […]

expand_less