Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Kampung » Tanam Mangrove agar “Merdeka” dari Abrasi

Tanam Mangrove agar “Merdeka” dari Abrasi

  • account_circle
  • calendar_month Jum, 4 Sep 2020
  • visibility 146

Cerita Aksi Komunitas Pencinta Mangrove Khatulistiwa

Kawasan taman pemakaman umum (TPU) Desa Guruapin Kecamatan Kayoa Halmahera Selatan saat ini berada dalam  kondisi terancam. TPU yang berada di pantai  bagian barat desa itu, terancam abrasi cukup serius yang membuat pemakaman itu habis tersapu air. Melihat kondisi yang semakin memprihatinkan itu, Komunitas Pecinta Mangrove Khatulistiwa  (KPMK) yang  dinisiasi anak anak muda mengambil langkah, agar bisa bebas dari ancaman abrasi. Caranya dengan menanam mangrove. Komunitas yang memiliki anggota 45 orang itu, sudah dua kali menggelar aksi menanam untuk melindungi desanya, dari dampak perubahan iklim

Ketua KPMK Surahmat Kamis (4/9) menjelaskan, upaya ini telah dilakukan sejak 2018. Sudirahmat sendiri yang mengawali gerakan ini. Dia mengumpulkan bibit kemudian membuat bedeng dan menyemai. Setelah gerakan mandiri yang dilakukan Sudirahmat, dia lalu menghimpun kawan kawannya.dengan  membentuk komunitas   menanam dan merawat mangrove. Surahmat sebelum menghimpun teman-temannya dia mencoba menaman mangrove secara mandiri di beberapa kawasan hutan mangrove yang dibabat warga.

Setelah itu dia menghimpun beberapa kawan dengan modal seadanya. Mereka mengumpulkan bibit dan menyemainya hingga ribuan pohon.  Dari sini kemudian komunitas yang menamakan dirinya Komunitas Pencinta Mangrove Khatulistiwa (KPMK) mulai menanam. Pilihan kata Khatulistiwa ada dalam nama komunitas karena desa ini adalah satu-satunya desa di Maluku Utara yang berada tepat di garis khatulistiwa.

Hingga kini menurut Surahmat mereka telah melakukan dua kali penanaman. Pertama  pada 2018 lalu. Kala itu mereka menanam sebanyak 1000 pohon lebih. Penanaman kedua  pada 18 Agustus 2020 baru baru ini   yakni sebanyak 1300 pohon mangrove.

“Penanaman bertepatan dengan peringatan 17 Agustus itu turut melibatkan berbagai pihak termasuk pemerintah desa dan kecamatan,” ujarnya.

Kawasan pantai Guruapin yang mengalami abrasi serius

Pohon mangrove yang ditanam pada tahap pertama lalu bertepatan dengan kegiatan pekan lingkungan hidup yang digelar  WALHI  di Maluku Utara dan dipusatkan di Kayoa Halmahera Selatan. Mangrove ini     telah bertumbuh dan berkembang cukup baik.  Sementara  penanaman  tahap kedua sementara dalam pemeliharaan.  “Penenaman mangrove ini harus kami  lakukansebagai bagian dari kepedualian anak muda   di sini dengan lingkungan pantai yang semakin terancam oleh abrasi. Ini  juga  sebuah upaya untuk menahan laju abrasi parah,”  jelas Surahmat.

Dia bilang,  memulai  gerakan  ini tidak mudah. Banyak tantangan  dihadapi. Dari tanpa modal mereka harus bergerak mengumpulkan benih menyemai dan memeliharanya. Awalnya, masyarakat   juga tidak memberi dukungan. Gerakan semacam ini belum pernah dilakukan. Warga selalu berpikir itu adalah proyek yang dibiayai pemerintah.   

Surahmat bercerita, mengawali gerakan ini  dianggap gila karena selama ini orang tidak pernah  menanam mangrove. “Yang biasanya orang lakukan  itu menanam cengkih  atau pala bukan menanam mangrove. Tidak ada orang menanam atau melindungi mangrove. Orang kampong ini menanam pala atau cengkih.yang suatu saat berbuah dan bisa ada hasilnya,” katanya mengutip sentilan warga. Sementara yang mereka tanam hanya mangrove. Di sisi lain warga   dalam aktivitasnya selalu memanfaatkan  kayu dari mangrove untuk berbagai kebutuhan. Misalnya untk kayu bakar  maupun bahan bangunan. 

Meski demikian Surahmat bersama rekan-rekannya tak patah arang mereka terus bergerak mengumpulkan bibit mangrove dan menyemainya. Akhirnya ada ribuan bibit mangrove yang ditanam di kawasan pantai desa. “Ketika memulai gerakan ini  banyak orang meragukan apa yang kami lakukan.Tetapi tetap jalan. Kami yakin suatu saat orang akan sadar sendiri dengan upaya yang kami lakukan,” imbuhnya.

Rapat bersama membahas persiapan penyusuna Perdes Perlindungan Mangrove

Tidak itu saja komunitas ini awalnya agak kesulitan bergerak karena pemahaman masyarakat yang selama ini menganggap pekerjaan seperti ini lebih bernilai proyek.  Padahal, yang dilakukan ini adalah sebuah kesadaran  sendiri.  Jika tidak segera dilakukan penanaman maka setiap tahun kawasan pantai ini akan hilang disapu air laut.

Memang katanya, dalam gerakan menanam mangrove dan melindungi kawasan pantai Kayoa ini, banyak kendala dihadapi.  Dari ketiadaan fasilitas dan modal hingga keraguan dari warga. Tetapi seiring waktu apa yang dilakukan mulai menunjukan hasil “Pohon mangrove mulai  bertumbuh baik dan warga juga diberi pehamaman soal mangrove. Tidak hanya menjadi pelindung kawasan pantai tetapi juga berguna bagi tempat tambat perahu nelayan dan kembalinya ikan. Ini jika mangrove ini sudah besar,” ujar Fadli anggota komunitas ini.

Apa yang dilakukan oleh komunitas ini ternyata tidak hanya menanam mangrove. Mereka juga sudah menggagas upaya perlindungannya dengan membuat Peraturan Desa (Perdes). Perdes itu menyangkut Lingkungan Hidup, Perlindungan Laut dan Mangrove. Langkah ini harus dilakukan demi melindungi hutan mangrove di Kayoa khususnya di Desa Guruapin. “Tidak hanya Perdes, diusahakan untuk segera dilakukan pemetaan  luasan dan kondisi hutan mangrove yang ada di desa ini,” jelas Fadli.(*)

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Suara Lirih Petani Kakao Pulau Bacan

    • calendar_month Kam, 9 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 242
    • 0Komentar

    Busuk Buah Bertahun-Tahun, Tak Digubris Pemerintah? Hari sudah agak siang Rabu (31/10/2023). Meski begitu di bawah perkebunan kakao yang ditumpangsarikan kelapa dan pala berjarak kurang lebih satu kilometer dari Panamboang Bacan Selatan Pulau Bacan itu terasa sejuk.     Jarum jam menujukan sekira pukul 11.20 WIT. Saif Bakar (49) sibuk mengumpulkan satu per satu buah kakao […]

  • Bank dan Investor Besar Ikut Dorong Deforestasi Hutan Tropis

    • calendar_month Sab, 12 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 150
    • 0Komentar

    Setidaknya ada 50 bank dan investor terbesar di dunia ikut mendorong terjadinya deforestasi, melalui investasi besar dan kebijakan yang lemah pada komoditas..  Menurut penelitian   Forests & Finance –– sebuah koalisi riset yang terdiri dari organisasi masyarakat sipil Amerika Serikat, Indonesia, Belanda, Brazil dan Malaysia menemukan bahwa bank bank dan para investor besar memiliki andil besar […]

  • Nikmati Tiga Mata Air di Hutan Mangrove Gamtala

    • calendar_month Jum, 4 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 220
    • 1Komentar

    Para pengunjung menikmati kawasan wisata hutan mangrove Gamtala

  • Begini  Kondisi Kepiting Kenari di Malut Saat Ini

    • calendar_month Sab, 2 Mar 2024
    • account_circle
    • visibility 249
    • 0Komentar

    Salah satu hewan dilindungi yang hingga kini masih ditangkap diperjual belikan dan dikonsumsi dengan harga mahal adalah kepitng kenari atau nama latinnya  Birgus Latro. Hewan ini di Maluku Utara   bisa dijumpai di hampir seluruh pulau kecil  di sekitar kawasan ini. Meskpiun tersebar hampir di seluruh pulau kecil di Maluku Utara, namun  i sudah dianggap langka […]

  • Para Pihak Bahas Renja FOLU Net Sink di Malut  

    • calendar_month Kam, 23 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 174
    • 2Komentar

    Foto bersama usai pemaparan materi workshop, foto Ahmad David

  • Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

    Isu Kelautan dan Perikanan Tak Disentuh Saat Debat Cawapres

    • calendar_month Rab, 31 Jan 2024
    • account_circle
    • visibility 243
    • 0Komentar

    WALHI: Regulasi Abaikan Wilayah Tangkap Nelayan Tradisional   Putaran empat debat Calon Wakil Presiden Republik Indonesia periode 2024-2029  telah berakhir Minggu (21/1/2024) lalu. Banyak persoalan lingkungan diungkap ketiga Cawapres  dalam debat. Sayang, tidak ada satu pun  menyinggung langsung masyarakat pesisir dan pulau-pulau kecil. Padahal  tempat tinggalnya rentan tenggelam karena kenaikan muka air laut. Perspektif para […]

expand_less