Breaking News
light_mode
Beranda » Kabar Malut » Malut Masuk 10 Provinsi yang Terus Alami Deforesfasi

Malut Masuk 10 Provinsi yang Terus Alami Deforesfasi

  • account_circle
  • calendar_month Sab, 19 Mar 2022
  • visibility 309

Hutan yang berada di sejumlah pulau di Maluku Utara    terus alami deforestasi. Walau lajunya cenderung turun, faktanya hingga kini masih banyak  pulau  yang kehilangan tutupan hutannya. Data Yayasan Auriga Nusantara, menunjukan tutupan hutan alam nasional di Indonesia mencapai 88 juta hektare. Dari angka tersebut, 80% berada di 10 provinsi kaya-hutan, seperti Papua, Papua Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Timur, Kalimantan Utara, Kalimantan Barat, Sulawesi Tengah, Aceh, Maluku, dan Maluku Utara.

Hutan alam terluas tumbuh megah di Tanah Papua, angkanya mencapai 33,84 juta hektare. Sementara itu, di Pulau Borneo tercatat tutupan hutan seluas 7,27 juta hektare berada di Kalimantan Tengah; Kalimantan Timur 6,49 juta hektare; Kalimantan Utara 5,66 juta hektare; dan Kalimantan Barat 5,51 juta hektare.

Di wilayah timur, Kepulauan Maluku  dan Maluku Utara memiliki tutupan hutan seluas 4,98 juta hektare dan Sulawesi Tengah 3,80 juta hektare. Di sebelah barat, tepatnya Nangroe Aceh Darussalam, kanopi hutannya mencapai 3,06 juta hektare. Ke-10 provinsi ini mengalami penurunan dalam rentang waktu 2015-2019. Analisis Auriga mengungkap, total deforestasi di 10 provinsi pada periode tersebut mencapai 1.854.317 hektare. Hilangnya tutupan hutan tertinggi terjadi pada 2015-2016.

Deforestasi tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah pada 2016, dengan luas lebih dari 400 ribu hektare. Tahun yang sama, Kalimantan Timur kehilangan 367 ribu hektare dan Kalimantan Barat 305 ribu hektare, serta Tanah Papua di angka 290.160 hektare.

Berikut 10 provinsi kaya-hutan dengan angka deforestasi selama rentang waktu 2015 hingga 2019.

Kalimantan Tengah

Selama periode 2015-2019, Kalimantan Tengah kehilangan 411.027 hektare hutan alam. Pada 2015, deforestasi di provinsi tersebut tercatat seluas 79.423 hektare. Lalu melonjak drastis pada 2016 ke 197.192 hektare. Kemudian turun ke 45.980 hektare (2017), 44.263 hektare (2018), dan 44.167 hektare (2019).

Kalimantan Timur

Total deforestasi di Kalimantan Timur selama periode 2015-2019 adalah 367.329 hektare. Tahun 2016 mencatat angka tertinggi, dengan luas 110.195 hektare; disusul 2015 seluas 77.919 hektare. Sementara itu 2017-2019 cenderung turun, secara berurutan 55.812 hektare; 69.225 hektare; dan 54.176 hektare.

Kalimantan Utara

Kalimantan Utara mencatat luas deforestasi tertinggi pada 2015 dengan luas 36.735,95 hektare. Angka itu turun empat tahun berikutnya: 28.925 hektare pada 2016; 24.755 hektare pada 2017; 27.244 hektare pada 2018; dan 22.403 hektare pada 2019. Total kehilangan tutupan hutan di provinsi ini adalah 140.063 hektare selama periode 2015-2019.

Kalimantan Barat

Kalimantan Barat kehilangan hutan alam seluas 305.812 hektare antara 2015 dan 2019. Penggundulan tertinggi terjadi pada 2015 seluas 111.154 hektare, kemudian turun menjadi 83.096 hektare pada 2016. Antara 2017-2019, tutupan hutan alam yang hilang berturut-turut adalah 42.303 hektare32.630 hektare, dan 36.627 hektare.  

Tanah Papua (Papua dan Papua Barat)

Ekspansi perkebunan sawit di Tanah Papua masif dalam satu dekade terakhir. Hal ini tercermin dari total luasan deforestasi yang mencapai 290.160 hektare antara 2015 dan 2019. Deforestasi tertinggi terjadi pada 2015 dengan luas 87.966 hektare di Papua dan Papua Barat; disusul tahun 2016 seluas 77.998 hektare. Tiga tahun berikutnya penggundulan hutan tetap terjadi, dengan skala lebih kecil. Tahun 2017 seluas 47.476 hektare; 2018 seluas 39.949 hektare; dan 2019 seluas 36.769 hektare.  

Kondisi hutan di pulau Obi foto tahun 2016 forest watch

Kepulauan Maluku (Maluku dan Maluku Utara)

Total luas deforestasi di Kepulauan Maluku dalam rentang waktu 2015-2019 mencapai 110.398 hektare. Kehilangan tutupan hutan tertinggi terjadi pada 2015 seluas 45.136 hektare. Kemudian turun menjadi 31.863 hektare. Angka itu sempat turun drastic pada 2017 seluas 8.403 hektare. Namun naik lagi pada 2018 (11.211 hektare) dan 2019 (13.783 hektare).

Sulawesi Tengah

Antara 2015 dan 2019, Sulawesi Tengah kehilangan tutupan hutan seluas 157.273 hektare. Deforestasi tertinggi terjadi pada 2015 (55.504 hektare) dan 2016 (48.117 hektare). Tiga tahun berikutnya, luas deforestasi berada di 16.964 hektare (2017), 17.069 (hektare), dan 19.616 hektare (2019).

Aceh

Serambi Makkah mengalami penggundulan hutan seluas 72.251 hektare dalam rentang waktu 2015-2019. Dari 2015 hingga 2018, deforestasi berada di rentang 14.000 hektare – 17.000 hektare, dengan angka tertinggi seluas 17.608 hektare pada 2016. Luas itu menurun menjadi 9.846 hektare pada 2019.  

Sumber  Betahita.id

Sebelumnya, Pemerintah menjadikan Undang-undang Cipta Kerja sebagai payung hukum yang dianggap mumpuni dalam perbaikan tata kelola hutan dan lahan. Sebaliknya, para pegiat lingkungan khawatir aturan ini menimbulkan masalah baru, apalagi transparansi kebijakan kian minim. Walaupun pada November lalu, Mahkamah Konstitusi menyatakan UU ini cacat formil tetapi masih disebut inkonstitusional bersyarat.

Perdebatan soal deforestasi kian santer jelang akhir 2021. Perdebatan bermula dari kritik Greenpeace terhadap pidato Presiden Joko Widodo dalam perhelatan COP26 di Glasgow  November 2021 lalu yang mengatakan laju deforestasi turun signifikan, terendah dalam 20 tahun terakhir.

Data Greenpeace menyebutkan, deforestasi di Indonesia meningkat dari sebelumnya 2,45 juta hektar pada 2003-2011 jadi 4,8 juta hektar 2011-2019. Dari 2002-2019, terdapat deforestasi hampir 1,69 juta hektar dari konsesi hutan tanaman industri (HTI) dan 2,77 juta hektar dari kebun sawit.

Leonard Simanjuntak, Kepala Greenpeace Indonesia mengatakan, selama hutan alam tersisa masih dibiarkan di dalam konsesi, deforestasi di masa depan akan tetap tinggi. Tren penurunan deforestasi rentang 2019-2021, tidak lepas dari situasi sosial politik dan pandemi di Indonesia, hingga aktivitas pembukaan lahan terhambat.

Sedangkan, Data Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) menunjukkan, luas deforestasi Indonesia periode 2019-2020 turun 75%, atau 115.500 hektar, dibandingkan periode 2018-2019, mencapai 462.500 hektar.

Angka ini meningkat kalau dibandingkan periode 2017-2018 sebesar 439.400 hektar. Pada 2016-2017, deforestasi mencapai 480.000 hektar. Pada periode 2015-2016, deforestasi tertinggi dalam enam tahun terakhir, 629.200 hektar. Secara total, kurun enam tahun, deforestasi mencapai 2,1 juta hektar.

Ruandha Sugardiman, Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan mengatakan, hasil pemantauan hutan Indonesia 2019 menunjukkan deforestasi netto 2018-2019 baik di dalam maupun luar kawasan hutan Indonesia adalah 462.400 hektar. “Netto deforestasi Indonesia 2019-2020 terjadi penurunan 75%,” katanya.

Kondisi hutan  di kawasan Taman Nasional  Ake Tajawe Lolobata yang masih terjaga foto Opan Jacky

Dia meyakini, akurasi data deforestasi KLHK bisa 90-95%. Menurut Ruandha, keberhasilan penurunan deforestasi hasil kerja signifikan KLHK antara lain, penerapan Instruksi presiden terkait penghentian pemberian izin baru dan penyempurnaan tata kelola hutan alam primer dan lahan gambut. Juga, pengendalian kebakaran hutan dan lahan.

Timer Manurung, Ketua Auriga Nusantara mengatakan, deforestasi menurun menjadi sinyal bahaya karena hutan di berbagai daerah sudah hilang.

“Deforestasi memang menurun, tapi menurunnya sekarang itu banyak di daerah sudah tidak ada lagi hutan, tinggal taman nasional, hutan konservasi,” katanya.

Dalam lima tahun terakhir (2015-2019), deforestasi terjadi di 10 provinsi kaya hutan bertambah luas dibandingkan lima periode sebelumnya.

Sumber Mongabay.co.id dan Betahita.id

  • Penulis:

Rekomendasi Untuk Anda

  • Mudik Orang Pulau, Sebuah Coretan yang Tercecer

    Mudik Orang Pulau, Sebuah Coretan yang Tercecer

    • calendar_month Rab, 4 Jul 2018
    • account_circle
    • visibility 125
    • 0Komentar

    Fenomena mudik kaum urban, terkadang memantik perdebatan panjang. Selain mengundang  keprihatinan, di mana mudiknya kaum urban ikut melibatkan negara dengan segala risiko,  mudik itu juga melibatkan jumlah yang demikian massif yang justru memang menimbulkan tantangan tersendiri, di mana emosi dan segala perhatian tertumpah di sana. Tak ada perhatian ekstra keras yang dilakukan pemerintah jelang hari-hari […]

  • Cerita Anak Muda Tomolou Tidore Perangi Sampah

    • calendar_month Kam, 26 Nov 2020
    • account_circle
    • visibility 195
    • 0Komentar

    Buat Kampung  Bersih, Beri PAD Buat Kota Tikep Memasuki  kampong  Tomolou di Kota Tidore Kepulauan   dipastikan tidak akan menemukan sampah tercecer di jalanan. Begitu juga pantainya. Tidak ada lagi warga membuang sampah ke tepi pantai. Kondisi hari ini berbeda dari sebelum-sebelumnya. Di mana kebanyakan buang sampah ke laut dan pantai sebagaimana kebiasaan sebagian warga di Maluku […]

  • Mata Air Ake Gaale Berubah Menjadi Air Mata Warga

    • calendar_month Jum, 19 Agu 2016
    • account_circle
    • visibility 226
    • 0Komentar

    Untuk  menemukan  sumber mata air  yang mengalir di pulau kecil seperti Ternate, terutama  di tengah pemukiman warga yang padat ,  hanya ada di dua tempat. Dua sumber mata air itu  adalah,  Ake Santosa, di Kelurahan Salero atau tepatnya berada sebuah bukit kecil di samping Kedaton Kesultanan Ternate.  Sementara yang satunya lagi ada di Bagian Utara […]

  • Tradisi Orang Tobaru Tanam Padi Lokal

    • calendar_month Sab, 6 Nov 2021
    • account_circle
    • visibility 250
    • 0Komentar

    Dua karung gabah teronggok di dapur Yosep Ugu (60). Gabah kering itu rencana diolah menggunakan mesin penggilingan padi di desa setempat.  Gabah padi   telah lama dikeringkan, tersimpan dalam karung dan baru dibawa ke kampung  sehari sebelumnya. “Di dalam gabah padi ini,  ada banyak jenis ikut tercampur. Ini sisa panen tahun lalu dan sampai sekarang belum  […]

  • Kelola Hutan Bersama Masyarakat Bermanfaat Bagi Kelestarian

    • calendar_month Rab, 4 Jul 2018
    • account_circle
    • visibility 161
    • 0Komentar

    Sumber daya hutan telah terbukti memberikan kehidupan dan sumber penghidupan bagi semua. Selain manfaat jangka pendek berupa kayu, hutan juga memberikan manfaat jangka panjang yang sangat beragam, seperti sumber tanaman obat-obatan, jasa lingkungan air, iklim mikro, mikroba, jamur, penjaga keseimbangan air permukaan-air tanah, menjaga kesuburan lahan, pencegahan banjir, tanah longsor, habitat satwa liar, yang mewakili […]

  • Korban Lakalaut Tinggi, Butuh Kolaborasi Penanganan

    • calendar_month Ming, 5 Feb 2023
    • account_circle
    • visibility 161
    • 1Komentar

    Ketua POSSI dan SAR Ternate didampingi Danlanal Ternate menunjukan isi MoU yang telah ditandatantangani foto M Ichi

expand_less