Breaking News
light_mode
Beranda » Headline » Setahun Prabowo–Gibran: Reformasi Hukum Mandek, Perjalanan Demokrasi Masih Tersendat

Setahun Prabowo–Gibran: Reformasi Hukum Mandek, Perjalanan Demokrasi Masih Tersendat

  • account_circle Redaksi
  • calendar_month Sab, 1 Nov 2025
  • visibility 60

Setahun perjalanan pemerintahan Prabowo Subianto Gibran Rakabuming Raka, diwarnai pasang surut   reformasi huku dan tersendatnya perjalanan demokrasi.  Bagi Kurawal sebuah yayasan yang bekerja untuk memperkuat praktik, lembaga, dan nilai-nilai demokrasi di Indonesia  dan kawasan Global South,serta mendorong persemaian ide baru dan eksperimentasi bagi terwujudnya tatanan demokrasi yang bermartabat dan bermaslahat bagi seluruh warga Negara, meihat ada praktik yang salah dalam setahun perjalanan pemerintahan tersebut.

Dicontohkan penolakan gugatan praperadilan para aktivis yang ditangkap pasca aksi massa Agustus Kelabu misalnya menjadi penanda yang tak bisa diabaikan. Satu tahun sejak dilantik, pemerintahan Prabowo–Gibran masih jauh dari janji Asta Cita 7, janji tentang penegakan hukum yang adil, transparan, dan bebas dari intervensi politik. Justru sebaliknya hukum kembali tampil sebagai alat kekuasaan.

Para aktivis yang bersuara kritis diperlakukan seperti ancaman, sementara aparat yang melakukan kekerasan terhadap peserta aksi dibiarkan tanpa konsekuensi. Situasi ini memperlihatkan bahwa reformasi hukum di tahun pertama pemerintahan baru bukan hanya tersendat, tetapi mandek. Sebuah kelanjutan dari pola lama yang diwariskan pemerintahan sebelumnya, yang menempatkan stabilitas di atas kebebasan, dan ketertiban di atas keadilan. Dari situlah Yayasan Kurawal memandang perlu untuk membaca lebih dalam, ke mana arah perjalanan demokrasi Indonesia hari ini. Lewat laporan  Penilaian Kinerja Satu Tahun Pertama Pemerintahan Prabowo–Gibran, Menakar Perjalanan Demokrasi, Kurawal menilai tiga bidang yang menjadi barometer utama kualitas demokrasi: reformasi kepolisian, penanganan konflik di Papua, dan reformasi sektor hukum. Ketiganya bukan hanya soal kebijakan teknis, melainkan cermin dari cara negara memandang rakyatnya, apakah sebagai warga yang harus dilindungi, atau sekadar objek yang harus dikendalikan.

“Di laporan ini, kami menyatakan bahwa perjalanan demokrasi Indonesia di tahun pertama Prabowo–Gibran berjalan padat tersendat,” kata Direktur Eksekutif Kurawal Darmawan Triwibowo.

Di bidang hukum, negara masih enggan menempatkan keadilan sebagai pedoman utama. Penolakan praperadilan aktivis hanyalah satu contoh dari banyak kasus di mana hukum bekerja untuk menegakkan kekuasaan, bukan kebenaran.

Di isu kepolisian, kekerasan dan impunitas masih terjadi berulang kali. Janji pemerintah untuk membentuk Tim Reformasi Polri belum juga terwujud. Polisi tetap menjadi wajah negara yang paling sering ditemui warga, tapi juga yang paling jarang dimintai pertanggungjawaban atas tindakannya.  Di Papua, operasi militer dan proyek-proyek ekonomi besar terus berjalan bersamaan dengan pelanggaran hak asasi manusia. Negara masih memilih jalan kekerasan untuk menangani persoalan yang sebenarnya menuntut pendekatan politik dan kemanusiaan. Dialog, bukan senjata. “Kurawal menegaskan bahwa penerbitan laporan ini bukan bagian dari ritual tahunan atau perlombaan merilis “rapor kekuasaan”. Laporan ini disusun untuk melengkapi bacaan yang ada, yang sudah terlebih dahulu dilakukan oleh sejumlah organisasi masyarakat sipil. “Laporan ini kami susun untuk memahami bukan hanya apa yang telah dilakukan pemerintah, tetapi ke mana arah kekuasaan dibawa,” katanya.

Bagi Kurawal, demokrasi bukan soal seberapa banyak undang-undang dibuat, tetapi sejauh mana hukum dan kebijakan menghadirkan rasa aman, adil, dan bermartabat bagi warga. Jika hukum terus dipakai untuk membungkam perbedaan, maka demokrasi akan tetap berjalan di tempat—padat, tersendat, dan kehilangan arah. Menatap tahun kedua pemerintahan, Kurawal mendorong Presiden Prabowo untuk menepati ruh dari janji-janji yang ia sampaikan lewat Asta Cita, khususnya Asta Cita 1, 2, 7, dan 8: mengembalikan hukum pada keadilan, menempatkan keamanan di bawah kemanusiaan, dan membuka ruang bagi warga untuk bersuara tanpa rasa takut. “Presiden Prabowo, Anda bukanlah Joko Widodo. Berdiam dalam bayang-bayang tentulah nyaman, namun anda dipilih dan dilantik tidak untuk bermain sandiwara. Saatnya Anda meretas arah kebijakan yang baru bagi Indonesia,” kata Darmawan. (rilis Kurawal)

  • Penulis: Redaksi

Rekomendasi Untuk Anda

  • Kanari Makeang Sasar Pasar Eropa

    • calendar_month Rab, 16 Jun 2021
    • account_circle
    • visibility 178
    • 0Komentar

    Ibu inu di ksmpung Samsuma Makeang Pulau sedang memecah tempurung kenari untuk diambil kacang kenari, foto M Ichi

  • 14 Lurah di Ternate Utara Jadi Mahimo Gam   

    • calendar_month Sel, 16 Agu 2022
    • account_circle
    • visibility 219
    • 1Komentar

    Ternate  dikenal sebagai negeri   adat  se atorang. Karena itu segala sesuatu mestinya berdasar pada ketentuan yang diatur  oleh adat seatorang di Kesultanan Ternate.  Dalam hal perangkat dan struktur pemerintahan baik penamaan dan penyebutannya  sudah saatnya mengikuti   pada adat se-atorang  di kesultanan Terante tersebut.  Setidaknya,  hal ini   kemudian,   14 lurah di Kota Ternate Utara, dikukuhkan sebagai […]

  • Cadangan Nikel Habis 6 Tahun Lagi  

    • calendar_month Rab, 8 Nov 2023
    • account_circle
    • visibility 268
    • 0Komentar

    Asosiasi Penambang Nikel Indonesia menuturkan bahwa cadangan bijih nikel bermutu tinggi di Indonesia, selaku negara produsen utama, mungkin akan habis dalam waktu sekitar 6 tahun.  Bijih Nikel Indonesia yang memiliki kadar tinggi sebesar 1,7% terutama digunakan untuk produksi nickel pig iron (NPI), yakni bahan baku baja tahan karat berisiko mengalami kekurangan bahan.  Adapun, bijih nikel […]

  • Potensi Geothermal Idamdehe Halmahera Barat  

    • calendar_month Sen, 3 Jul 2023
    • account_circle
    • visibility 349
    • 1Komentar

    Bisakah Menjawab Masalah Listrik di Malut? Potensi Geothermal Idamdehe Jailolo Halmahera Barat   Menjawab Masalah Listrik  di  Malut? Provinsi Maluku Utara memiliki luas wilayah mencapai 145.801,10 km² terdiri dari lautan 113.796,53 km² (69,08 persen) dan luas daratan 32.004,57 km² (30,92 persen). Provinsi   ini memiliki 10 Kota/Kabupaten yaitu Kota Ternate, Kota Tidore Kepulauan, Kabupaten Halmahera Barat, […]

  • Saatnya Pariwisata Go Digital

    • calendar_month Jum, 27 Nov 2020
    • account_circle
    • visibility 144
    • 0Komentar

    Cry Jailolo Ramaikan Ultah GenPI dan Pasar Teluk   Pada 25 November 2020 lalu,  Generasi Pesona Indonesia (GenPI) Halmahera Barat dan Pasar Teluk, genap berusia dua tahun.  Dalam perayaan ulang tahun kedua itu banyak atraksi ditampilkan. Salah satunya seni tari Cry Jailolo  yang sudah go internasional itu. Rilis yang dikirimkan GenPi kepada kabarpulau.co.id/ menyebutkan, dengan […]

  • Kapan Malut Miliki Kedokteran Kelautan untuk Lindungi Laut Kita?

    • calendar_month Sel, 25 Sep 2018
    • account_circle
    • visibility 162
    • 0Komentar

    Pemerintah Indonesia mengakui sektor kemaritiman, khususnya di bidang keselamatan kerja maritim dan pariwisata masih belum berkembang dengan baik. Salah satunya, adalah kedokteran kelautan yang potensinya sangat besar untuk dikembangkan di seluruh Negeri. Kehadiran profesi tersebut, hingga saat ini masih sangat minim walaupun berbagai kejadian banyak bermunculan di wilayah kelautan. Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman Agus […]

expand_less